Pabrik Gula yang Dikelola PTPN Sudah Selayaknya Dapat Prioritas Penugasan Impor

Jumat, 28 Juni 2019 – 23:30 WIB
Diskusi membahas Prospek Industri Gula Nasional Setelah Revitalisasi, Jumat (28/6) di Jakarta. Foto IST

jpnn.com, JAKARTA - Petani tebu menilai sudah sepantasnya pabrik gula yang dikelola PTPN mendapat prioritas penugasan impor raw sugar pada musim giling tahun ini.

Pernyataan tersebut disampaikan HM Arum Sabil selaku Ketua Umum Dewan Pembina Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) dalam acara diskusi di Jakarta, Jumat, (28/6).

BACA JUGA: Ahli dari KPU Berikan Keterangan Tertulis ke MK, Isinya soal BUMN dan Maruf Amin

Keuntungan yang diperoleh dari pengolahan raw sugar tersebut selain untuk menutup idle capacity juga bisa digunakan untuk membeli tebu petani dan merevitalisasi mesin, sehingga tingkat rendemen bisa lebih tinggi. 

Menurut Arum, alasan pemerintah memberikan penugasan ke swasta dengan dalih lebih efisien dan mesin lebih moderen dinilai mengada-ada dan hanya dijadikan pembenaran agar impor jatuh ke pihak swasta.

BACA JUGA: Tim Kuasa Hukum KPU Tegaskan Maruf Amin Bukan Pejabat BUMN

Padahal setelah revitalisasi, sejumlah pabrik gula pemerintah telah dimodernisasi sehingga dipastikan mampu berkompetisi dengan pabrik gula swasta.

"Sejumlah pabrik gula BUMN tutup karena kekurangan bahan baku. Kondisi idle capacity ini bisa diatasi dengan mengolah raw sugar sehingga pabrik gula BUMN bisa kembali beroperasi," jelas Arum.

BACA JUGA: Anak Perusahaan

Penurunan pasokan tebu antara lain akibat penyempitan lahan tebu dan semakin menurunnya minat petani menanam tebu akibat harga tebu semakin murah. Kondisi tersebut makin diperparah dengan ketidak mampuan petani membeli pupuk dan mengatasi biaya pengolahan.

Kesiapan menerima penugasan impor juga diutarakan oleh Direktur Utama PTPN IX Iryanto Hutagaol.  PTPN yang memiliki pabrik tebu mampu mengolah sekitar 500 ribu ton dalam satu musim giling.

Dirut PTPN X Dwi Satrio menegaskan perseroan saat ini sudah menerapkan industri terintegrasi berbasis tebu. Produknya bukan hanya gula namun  produk lain seperti bio mass,  bio etanol.

"Tidak benar jika pabrik gula PTPN disebut tidak efisien dan teknologinya ketinggalan jaman," sanggahnya.

Sementara, Pengamat ekonomi pertanian Agus Pakpahan menuturkan perbaikan nasib petani tebu dan penyehatan pabrik gula BUMN sangat tergantung pada keputusan politik pemerintah.

"Masalah gula ini menjadi ujian bagi pemerintah. Jika mengurus gula aja gak mampu maka gak usah bicara mengurus komoditas lainnya," cibirnya.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Kali Jadi Menteri, Rizal Ramli Selalu Lepas Jabatan di BUMN


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler