jpnn.com - TJIPTO Mangunkusumo dituduh terlibat pemberontakan komunis. Wajahnya ada di uang logam Rp200 yang baru saja diluncurkan pemerintah Republik Indonesia.
Maret 1963. Presiden Soekarno memanggil tim dokter Centraal Burgerlijke Ziekenhuis--biasa disingkat CBZ--ke Istana.
BACA JUGA: Apa dan Siapa di Uang Logam Rp100?
"Aku ingin rumah sakit ini menjadi rumah sakit rakyat. Dia harus melayani rakyat secara penuh dan total. Rakyat harus dibebaskan dari biaya-biaya atau minimal sedikit biaya untuk berobat," kata Bung Karno.
"Dan untuk itu nama kebelanda-belandaan bukanlah nama yang baik. Aku bertanya kepada kalian nama apa yang cocok untuk rumah sakit ini," sambungnya.
BACA JUGA: Seulas Romansa dalam Sejarah Barcelona
Dokter Satrio, Menteri Kesehatan kala itu menyambar, "bagaimana kalau kita namakan Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo saja, pak?"
Si Bung terdiam. Matanya berkaca-kaca.
BACA JUGA: Panjang Umur Hasjim Djalal...!
"Aku ingat Onze Tjip…aku ingat Onze Tjip," gumamnya.
Bung Karno-lah yang mengantar Tjipto Mangunkusumo saat akan dibuang pemerintah Hindia Belanda ke Banda, Maluku karena dituduh terlibat pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Demi Indonesia
Partai Komunis Indonesia (PKI) memang memberontak. Mereka melawan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. PKI memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Di Jawa pemberontakan bermula pada 12 November 1926. Di Sumatera genderang perang ditabuh pada malam Tahun Baru 1927.
Tak butuh waktu lama, pemberontakan partai politik pertama yang memakai nama Indonesia itu berhasil dipadamkan pemerintah.
Sejurus kemudian, Juli 1927, bersama Bung Karno, Tjipto Mangoenkoesoemo mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), partai politik kedua yang memakai nama Indonesia.
Berselang pekan sesudah itu, Tjipto ditangkap. Dituduh terlibat pemberontakan PKI dan, "dijatuhi hukuman pembuangan menurut putusan pemerintah pada 16 Desember 1927 yaitu ke Banda," tulis Soegeng Reksodihardjo dalam buku DR. Cipto Mangunkusumo.
Dalam surat perpisahan tertanggal 19 Desember 1927 untuk kawan-kawannya, Tjipto menulis, "kepada kaum sefaham, poetoesan telah djatoeh: akoe mendapat Banda."
Malam itu, Bung Karno yang ikut mengantar Tjipto hingga stasiun menangis. Sekuel yang ini terjadi di Bandung.
Semasa di Kota Kembang, Tjipto tinggal di Tegallega. Di depan rumahnya terpampang plang besar bertuliskan; DOKTER TJIPTO, DOKTER PARTIKELIR.
Bung Karno yang kuliah di Bandung, di kampus yang kini jadi Institut Teknologi Bandung (ITB), acap berkunjung ke rumah itu.
Dan…
Istana, Maret 1963. Mendegar usulan Dokter Satrio, Si Bung terdiam. Matanya berkaca-kaca. "Aku ingat Onze Tjip…aku ingat Onze Tjip," gumamnya. Air matanya pun mengaliri pipi.
Pada 17 Agustus 1964, Presiden Soekarno resmi mengganti nama Centraal Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ) jadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)--bersambung (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebelum Asrul Sani dan Chairil Anwar Menjadi Bintang
Redaktur : Tim Redaksi