Pak BG Minta Dukungan Ulama untuk Melawan Hoaks dan Intelijen Asing

Jumat, 14 Juli 2017 – 17:51 WIB
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan. Foto: Natalia Fatimah/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Budi Gunawan mengajak kalangan ulama untuk memahami ilmu intel. Mantan Wakapolri itu menegaskan, saat ini Indonesia menghadapi berbagai ancaman dari luar, termasuk yang memanfaatkan informasi intelijen.

BG -inisial kondang untuk Budi- mengatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam deklarasi Majelis Dzikir Hubbul Wathon di Kamis (14/7). Menurut BG, perlu peran semua pihak terutama ulama dalam mengantisipasi ancaman tersebut.

BACA JUGA: Prof Romli Ungkap Hal Mengejutkan soal Kasus BG dan HP ke Pansus Angket KPK

Dia mencontohkan Kekaisaran Ottoman pada masa Sultan Mehmed Al-Fatih yang bisa jaya berkat sinergi antara empat komponen bangsa. "Yaitu pemerintah, ulama, ilmuwan, dan rakyat. Namun dari keempat komponen tersebut, ulama mempunyai peran penting," kata BG dalam sambutannya.

Ulama, sambung BG, memiliki peran penting karena umat menganggap kalangan agamawan sebagai sosok yang diberi petunjuk oleh Tuhan. Ulama pun sangat berperan dalam menyatukan umat bagi kepentingan bangsa dan negara.

BACA JUGA: Radiasi Sinyal HP Menyebabkan Otak Mengecil? Begini Penjelasan Dokter

Di sisi lain, kata mantan kepala Lembaga Pendidikan Polri itu, perkembangan intelijen saat ini juga sudah memasuki era 3.0 yang memadukan peran intel, teknologi dan jaringan masyarakat. “Konsep intelijen 3.0 sangat dibutuhkan untuk mendeteksi dan mengeliminasi ancaman-ancaman yang dihadapi di Indonesia," kata BG.

Oleh karena itu, lanjut BG, ulama perlu mempelajari dan terlibat dalam intelijen 3.0. Intelijen 3.0 sendiri telah diterapkan intelijen asing yang digunakan untuk mengganti rezim suatu pemerintahan.

BACA JUGA: Tersebar Pesan Mengerikan, Diawali Innalillahi

Mantan Wakapolri ini menambahkan, ada beberapa hal yang menjadi ancaman bagi Indonesia saat ini. Pertama adalah ancaman operasi hitam atau black ops untuk memengaruhi kelompok tertentu agar tercipta situasi yang tak kondusif bagi jalannya pemerintahan. 

Kedua, kata dia, ancaman psyco ops berupa distribusi berita hoaks. Tujuannya adalah memengaruhi opini masyarakat.

"Ketiga, ancaman kelompok teror dengan konsep jihad fardiyah yang ingin menciptakan Khilafah Islamiah seperti zaman Khilafah Usmaniyah. Sekarang pergerakan kelompok ISIS di Timur Tengah mulai bergerak ke arah Asia Pasifik dan mempunyai tujuan untuk mendirikan khilafah di wilayah Asia Pasifik," kata dia. 

Kemudian, jenderal bintang empat ini menambahkan, bahaya ancaman narkoba pun harus diantisipasi. Pasalnya, Indonesia dianggap pasar menggiurkan yang diperebutkan menjadi rebutan 27 kartel dunia.

Indonesia, kata BG menjelaskan, juga menghadapi ancaman ideologi. Yakni terkait munculnya kelompok-kelompok anti-Pancasila yang ingin menciptakan Khilafah Islamiah, mendirikan negara komunis, hingga kelompok neoliberal.

“Ini melunturkan rasa nasionalisme di masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan kelompok-kelompok ini bisa berkembang dan terus eksis menyuarakan tujuannya untuk mengganti Pancasila," beber BG.

Selain itu, ancaman ekonomi yang didominasi maraknya produk palsu dari Tiongkok juga menjadi tantangan yang tak kalah penting. Bahkan ada praktik dominasi mafia pangan dan energi, serta praktik-praktik ekonomi yang tidak sehat di kalangan pelaku ekonomi.

BG juga menyinggung isu tentang Tiongkok yang saat ini sangat kuat di masyarakat. “Seperti isu masuknya tentara Tiongkok ke Indonesia, banyaknya TKA Tiongkok ilegal ke Indonesia, dan isu anti-Tiongkok lainnya yang dapat memecah belah persatuan bangsa," kata dia.

Di dunia siber, kata dia, ada peperangan antarmedia. Maraknya informasi provokatif dan hoaks berpotensi mengadu domba antara ulama dengan pemerintah. 

BG juga menambahkan, ancaman virus yang belakangan pernah terjadi di Indonesia pun merupakan bentuk operasi intelijen asing. Setelah itu ada ancaman potensi konflik pilkada seperti yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta sehingga berimbas ke daerah lain.

"Karena itu peran ulama, nasionalis, TNI, dan Polri harus kuat. Perjungan para ulama, nasionalis, TNI, dan Polri telah mengantarkan bangsa Indonesia memasuki proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1955. Ulama dan Islam adalah elemen penting yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan bangsa Indonesia," terang dia.(mg4/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Melawan Hoaks dan Radikalisme dari Pesantren


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
hoaks   BIN   Budi Gunawan  

Terpopuler