jpnn.com - JAKARTA - Bencana kebakaran hutan dan lahan masih terjadi. Riau menjadi salah satu daerah yang terparah terkena dampak asap meski titik api di sana hampir tidak ada. Namun, masyarakat di daerah penyumbang devisa dari sektor minyak dan gas tersebut belum mendapat penanganan kesehatan yang layak dari pemerintah.
Hal ini diketahui dari surat terbuka yang dikirim seorang masyarakat Kota Pekanbaru, Afni Zulkifli yang diterima redaksi JPNN.com, Rabu (7/10). Ia mewakili masyarakat di Riau berharap surat tersebut bisa sampai kepada Presiden Joko Widodo, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Gubernur dan Bupati/Walikota di Riau dan bisa dibaca seluruh rakyat Indonesia.
BACA JUGA: Ketika 3 Ribu Hiu Martil Dibantai dan 2 Ton Siripnya Hendak Bergerak ke Hongkong, Untungnya...
"Korban sudah berjatuhan di Riau, angkanya sudah tembus 57 ribu. Itu manusia semua Pak, bukan hewan. Satu persatu bayi, balita, anak-anak dan lanjut usia, termengap-mengap karena asap," tulis Afni dalam surat tersebut. (fat/jpnn)
Berikut surat lengkap Afni Zulkifli, seorang Ibu yang juga berprofesi sebagai jurnalis di Riau:
BACA JUGA: Kisah Wagub Jatim, Tosan Sang Kawan Salim Kancil dan Selebritis Dadakan, Ha ha haââ¬Â¦
Jokowi. Foto: facebook
BACA JUGA: Ngeri! Ini Dampak Kabut Asap menurut Pakar Pencemaran Udara
Indonesia, Rakyat Riau memanggilmu untuk N95. Rakyat Sekarat karena Asap!
Dear Pak Jokowi, Pak Gubernur dan para Bupati/Walikota.
Saya tidak pernah mengerti, sekaya ini negeri kita, apalah artinya membeli masker standart tanggap darurat bencana pencemaran udara seperti N95. Mengapa hanya selalu masker kue berwarna hijau itu saja yang diberikan? Apakah karena harganya cuma Rp1.000 perak dan tidak ada anggaran seharga masker standart yang (CUMA) Rp9 ribu itu?
Tapi bukankah ini soal nyawa, yang katanya tak ternilai harganya. Atau jangan-jangan, memang harga nyawa rakyat kini sudah tak ada artinya lagi?
Korban sudah berjatuhan di Riau, angkanya sudah tembus 57 ribu. Itu manusia semua Pak, bukan hewan. Satu persatu bayi, balita, anak-anak dan lanjut usia, termengap-mengap karena asap. Mereka menghirup racun berbulan-bulan. Siang dan malam, 24 jam...!
Rakyat kalian bertumbangan. Sementara jutaan lainnya, seolah mengantar nyawa. Tak pernah ada sosialisasi betapa mengerikannya dampak asap, ketika partikel udara berbahaya mengendap di paru-paru untuk sekian tahun ke depan. Sehingga di jalan-jalan, di pasar, di rumah-rumah, meski sudah diserbu asap, mereka tak pernah menggunakan masker-masker standart itu. Sudah 17 tahun mereka menjadi korban asap, mereka mencoba berdamai dengan kondisi apa adanya.
Maaf Pak Jokowi, Pak Gubernur dan Bupati/Walikota. Demi nyawa saudara-saudara di Riau, saya tak bisa menjaga gengsi lagi, saya sudah tak tahan lagi. Di depan mata saya, dua keponakan yang masih berusia 1,5 tahun dan 2,5 tahun harus menahan sakit karena asap. Keponakan teman saya, yang berusia 3 tahun, sudah almarhum minggu lalu. Anak seorang guru, harus membiru karena kekurangan oksigen. Anak SD, seorang PNS, seorang Ibu rumah tangga dan banyak lainnya, juga sudah meregang nyawa. Belum lagi di kampung-kampung dan dusun-dusun yang tak pernah mengerti tentang Puskesmas. CUKUP! GENOSIDA ini sudah keterlaluan.
Andaipun kami rakyat harus mati terbiarkan, paling tidak kami berikhtiar untuk bertahan hidup dengan apa saja yang sekiranya bisa membantu mengurangi derita.
Hari ini, broadcast postingan saya tentang betapa kampretnya penanganan yang dilakukan pemerintah pada saat bencana, Alhamdulillah mendapat respons luar biasa. Saya orang melayu, biasanya bertutur kata dengan santun dan sopan. Tapi ini kejadian sudah di luar batas prikemanusiaan yang mengaduk emosi hati dan emosi jiwa.
Banyak yang bertanya, bertubi-tubi sepanjang hari, apa yang bisa mereka bantu untuk saudara-saudara di Riau. Saya bahkan terharu, pertanyaan itu datang dari banyak masyarakat negeri tetangga, Singapura dan Malaysia. Mereka semua tergerak untuk membantu. Subhanaallah.
Rakyat Indonesia dan siapa saja di luar sana, kami rakyat Riau memanggilmu untuk N95. Bantu warga Riau untuk membeli masker-masker standart yang entah kenapa, tidak pernah dibagikan pemerintah kepada korban asap. Alhamdulillah, Akber (Akademi Berbagi) Pekanbaru, sudah melakukan hal tersebut sejak beberapa waktu lalu.
Organisasi yang digawangi anak-anak muda ini, sungguh luar biasa. Mereka menerima donasi dan membeli masker N95 serta menyalurkannya hingga ke daerah-daerah. Mari suport Akber Pekanbaru untuk bisa membeli masker-masker penghadang serbuan partikel berbahaya itu.
Bagi yang mau menyalurkan donasi pembelian masker N95, bisa mengirimkan dalam bentuk uang ataupun barang. Yang paling dibutuhkan saat ini adalah masker dan oxygen portable yang berbentuk kaleng. Bagi yang melakukan pengiriman barang, harap maklum bilamana bantuannya nanti terkendala waktu, karena satu-satunya pintu masuk via Bandara SSK II Pekanbaru saat ini lumpuh total.
Untuk pengiriman bantuan, bisa disalurkan ke: Akademi Berbagi (Akber) Pekanbaru-Riau. Jl. Durian Nomor 28 Pekanbaru. Atas nama: Lianda Marta.
Sedangkan untuk donasi, yang nantinya akan dibelikan masker N95 dan Oxygen portable, bisa disalurkan ke: Bank Mandiri, nomor rekening 108-00-108-90821. Setelah transfer, silakan melakukan konfirmasi melalui 08566502332 atas nama Lia.
Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan laporan, bisa mengunjungi link: bit.ly/berbagimasker. Di dalamnya selain ada laporan, juga dicantumkan bukti dokumentasi pembagian masker ke masyarakat.
Saya sudah bertemu langsung dengan saudara Lianda dan kawan-kawan Akber lainnya malam tadi. Saya sebelumnya juga pernah mengisi kelas di Akber Pekanbaru. Saya yakin dan percaya, mereka Insya Allah amanah.
Akber Pekanbaru juga menjadi menjadi salah satu penggagas video #melawanasap yang dishare melalui Youtube. Video itu cukup fenomenal dan bikin hati menangis miris.
Satu masker standart, akan membantu satu nyawa lagi terhindar dari bahaya asap. Satu kaleng oxygen akan membantu lansia tak perlu tertatih-tatih ke Puskesmas saat sesak nafas mendera.
Berdasarkan perkiraan BMKG, kondisi bencana ini masih akan berlangsung hingga November mendatang. Bencana ini sungguh dahsyat dan kami rakyat hanya bisa termengap-mengap.
Dan untuk anda Pak Jokowi, Bu Menteri Kesehatan, para menteri terkait, para kepala daerah dan pemangku kepentingan lainnya, Anda semua tak usah malu. Kami tahu, mungkin uang negara ini lebih penting dari nyawa rakyat. Jadi biarlah rakyat saja yang bergerak sendiri membeli N95 itu untuk saudara-saudara mereka.
Please help me, bantu broadcast tulisan ini. Semoga Allah Swt dan Tuhan yang maha Esa, menjauhkan negeri ini segera dari segala bencana dan malapetaka. Doakan kami masih bisa melihat matahari dan doakan anak-anak kami masih ingat bahwa langit itu berwarna biru, bukan abu-abu asap!
Terimakasih. Salam.
Afni Zulkifli
(087780483113/085263990785)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengapa Jokowi Setuju 22 Oktober Sebagai Hari Santri? Ini Jawabannya
Redaktur : Tim Redaksi