Pak Jokowi, Tolong Tuntaskan Proyek Jalan ke Ibu Kota Pegunungan Bintang

Agar Rakyat Sejahtera dan Harga Kebutuhan Pokok Terjangkau

Senin, 13 April 2015 – 00:13 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang di Papua mengharapkan aksi nyata pemerintah agar harga bahan bakar minyak di kabupaten yang beribu kota di Oksibil itu tak terlalu mahal. Sebab, disparitas harga kebutuhan pokok di Pegunungan Bintang dengan daerah di Jawa misalnya, sangat jauh bedanya.

Wakil Bupati Pegunungan Bintang, Papua, Yakobus Wayam mengatakan, banyak masyarakat di Jawa-Bali yang mengeluh pasca-kenaikan harga harga BBM jenis Premium yang dijual dengan harga sekitar Rp 7600 atau Pertamax Rp 8.600. Padahal, bagi warga Pegunungan Bintang harga jual itu masih sangat murah.

BACA JUGA: PNS Penganiaya Istri Bakal Dijemput Paksa

"Di daerah saya harga bensin, minyak tanah, solar semuanya sama, per liter Rp 90.000," kata Yakobus di Jakarta, Minggu (12/4).

Menurutnya, harga jual bensin pernah menyentuh Rp 200 ribu per liter saat menjelang Natal dan Tahun Baru 2014 lalu. Sebab, bensin di Pegunungan Bintang tidak hanya untuk kendaraan bermotor tetapi juga menyalakan genset listri untuk penerangan warga

BACA JUGA: Staf Tata Usaha Sekolah Cabuli Empat Bocah Kelas 2 SD

“Maklum, penerangan di wilayah kami masih mengandalkan mesin genset atau tenaga matahari. Listrik PLN belum ada," kata Yakobus.

Mahalnya BBM itu juga berimbas pada harga barang lainnya. Salah satu contohnya adalah semen, yang harga satu sak di banyak daerah lain di Indonesia hanya di kisaran Rp 60 ribu. “Tapi di Pegunungan Bintang harga satu sak semen bisa mencapai Rp 2,3 juta,” katanya.

BACA JUGA: Petir Menggelegar, Tiga Petani Pingsan, Seorang Akhirnya Meninggal

Menurut Yakobus, harga-harga kebutuhan pokok di Pegunungan Bintang melambung karena pasokannya bergantung pada trsnaportasi udara. Barang-barang itu didatangkan dari Jayapura dengan pesawat yang mendarat di Oksibil. “Itu yang menyebabkan harga-harga di
Oksibil melangit," jelasnya.

Yakobus lantas mencontohkan bahan kebutuhan pokok lainnya yang harganya melambung. Misalnya, air minum dalam kemasan botol plastik berukuran 750 mililiter saja dijual Rp 30.000. Sedangkan untuk ukuran 1,5 liter dijual Rp 50.000.

Demikian pula dengan harga minyak goreng curah di Oksibil yang harganya mencapai Rp 50.000 per liter, sementara gula pasir dijual Rp 65.000 per kilogram.

Yakobus menjelaskan, penduduk Kabupaten Pegunungan Bintang tercatat sekitar 120.000 jiwa yang tersebar dalam 34 distrik atau kecamatan. Adapun luas kabupaten yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea tersebut adalah 16.600 kilometer per segi.\

Yakobus menambahkan, kondisi geografi Kabupaten Pegunungan Bintang yang berupa pegunungan dan perbukitan menyebabkan wilayah yang berbatasan dengan Papua New Guinea itu terisolir. Menurutnya, wilayah Pegunungan Bintang juga sudah masuk dalam rencana pembangunan jalur Transpapua sepanjang 1500 kilometer yang akan menghubungkan Oksibil dengan Kabupaten Keerom dan Boven Digoel.

Tapi hingga kini, lanjut Yakobus, rencana pembangunan jalan itu tak kunjung terwujud. Misalnya ruas Oksibil-Boven Digoel sepanjang 210 km yang mulai dibangun tahun 2006,  hingga saat ini telah mencapai Distrik Iwur, atau masih kurang 60 km dari Kota Oksibil.

Karenanya Yakobus mengharapkan Pemerintahan Joko Widodo menuntaskan pembangunan ruas jalan Oksibil-Boven Digoel. Sebab, keberadaan jalan itu penting untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekaligus akan secara signifikan menurunkan harga-harga kebutuhan sehari-hari yang selama ini membebani rakyat.

"Akses infrastruktur jalan itu sangat penting bagi kami. Kalau jalan itu selesai dibangun hingga Oksibil, maka harga-harga barang tidak akan semahal sekarang, karena kami bisa mendatangkan barang dari Boven Digoel ke Oksibil melalui transportasi darat, tidak lagi pakai pesawat," jelasnya.(jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bulungan Hanya Butuh Pasokan Listrik 10 MW


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler