Pakai Bahasa Inggris, Pelajaran Matematika, Kimia, Fisika, Lebih Mudah Dipahami Siswa

Minggu, 30 Juni 2019 – 00:45 WIB
Nur Wijayanto (kanan) dan Ayub Rohman. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com - Profesi guru kurang diminati kaum milenial. Generasi milenial lebih tertarik jadi pengusaha dan profesi kekinian seperti YouTubers, gamers, hacker, dan lainnya. Namun tidak demikian dengan dua guru dari binaan Eduversal ini.

Mesya Mohamad - Jakarta

BACA JUGA: Penguasaan TIK Membantu Proses Pembelajaran Peserta Didik

MUDA, inovatif, kreatif, dan hamble. Itulah kesan pertama saat bertemu dua guru muda, Nur Wijayanto (33) dan Ayub Rohman (31).

Keduanya terpilih ikut pelatihan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) besutan Eduversal. Mereka mendapatkan pelatihan dari para trainers asing dan lokal yang profesional di bidangnya. Materi yang diajarkan pun selalu teranyar dan mengikuti tren pendidikan di dunia.

BACA JUGA: Kepala Sekolah Jangan Seenaknya Menambah Guru

Nur Wijayanto (33), guru Kimia yang juga kepala sekolah SMP dan SMA Fatih Bilingual School merasakan manfaat besar ikut pelatihan tersebut.

Proses pembelajaran yang selama ini terpusat di guru, berbalik 360 derajat. Dalam 45 menit pembelajaran, jatah guru hanya sekitar 10-20 menit.

BACA JUGA: PGRI Mendatangi Disdik Badung: Mengapa Guru Tetap Masuk Saat Liburan Sekolah?

"Ada banyak manfaat yang dirasakan. Kami diajarkan bagaimana guru berperan sebagai fasilitator dan siswa jadi pusatnya. Bagaimana mengajarkan siswa kreatif, lebih kritis, dan berkolaborasi. Intinya guru bukan sebagai pengajar tapi motivator. Siswa adalah pusat utama," tutur Nur yang ditemui di sela-sela pelatihan guru di Sekolah Kharisma Bangsa, Jumat (28/6).

BACA JUGA: Mendikbud Minta SNMPTN Disesuaikan PPDB Sistem Zonasi

Nur, yang lulusan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ini sebenarnya tidak punya cita-cita jadi guru. Dia ingin jadi seorang engineer karena profesi itu dinilai lebih mentereng dengan gaji besar. Itu sebabnya dia sengaja memilih Fakultas Teknik.

Dalam perjalanannya, takdir berkata lain. Nur terpesona dengan seorang dosennya. Dosennya itu menjadi inspirasi Nur sehingga dirinya memutuskan ingin menjadi guru.

Lulus dari Undip 2010, Nur mencoba melamar di Fatih Bilingual School, Banda Aceh. Meski tidak berlatar sarjana pendidikan, dia diterima karena Nur memiliki kemampuan berbahasa Inggris aktif. Nur pun mengajarkan mata pelajaran (mapel) Kimia.

Awal mengajarkan Kimia, Nur sedikit mengalami kesulitan karena mapel ini identik dengan rumus. Nur melihat kecenderungan anak-anak bosan dengan teknik menghafal.

Beruntung saat menjadi guru di Fatih, dia mendapat pelatihan metode pembelajaran modern yang bisa membuat siswa bisa menguasai mapel dengan cara menyenangkan. Caranya melalui simulasi, bermain games, teka-teki, dan audio visual.

"Ternyata dengan cara itu siswa lebih mudah menyerap pelajaran. Mereka bahkan bisa berinovasi," ucapnya.

Hal sama dilakukan Ayub Rohman (31). Guru matematika dan komputer di SMA Pribadi Bilingual School Bandung ini sudah membuktikan metode blanded learning yang menggabungkan pembelajaran konvensional dengan teknologi membuat siswa lebih tertantang. Ayub yang lulusan Fakultas Keguruan dari Turki ini mengajarkan matematika dalam bentuk games.

Menurut dia, mengajarkan matematika dengan blanded learning tidak harus pakai alat canggih. Dengan proyektor, handphone, laptop bisa. Dalam blanded learning tersedia online tools yang metodenya portofolio pakai web blog, interaktif video.

"Anak-anak sekarang lebih suka belajar matematika lewat permainan game dan simulasi. Selain itu dengan menggunakan bahasa Inggris, pelajaran-pelajaran matematika, kimia, fisika ternyata lebih mudah dipahami siswa," terangnya.

BACA JUGA: Korda Honorer Ingatkan FHK2I Bukan Pekerja Politik, Menyindir Siapa nih?

Krzysztof Strzemeski, trainer dari Polandia membenarkan bila pelajaran STEM (Sains, Teknologi, Engineering, Matematika) lebih mudah diajarkan kepada siswa bila menggunakan bahasa Inggris dibandingkan dengan bahasa lokal. Hal tersebut sesuai penelitian yang dilakukan para ahli di bidang pendidikan.

"Dari hasil penelitian yang dilakukan, banyak siswa khusus mapel STEMP, lebih mudah menguasai bila menggunakan bahasa Inggris. Sebaliknya bila menggunakan bahasa lokal, penguasaannya lebih rendah. Itu sebabnya, metode pembelajaran untuk matematika, fisika, lebih mudah dipahami siswa bila menggunakan bahasa Inggris," bebernya.

Direktur Eduversal Muhammed Bayrak mengungkapkan, kunci peningkatan mutu pendidikan ada di guru. Bila guru mumpuni, siswa akan mudah menyerap pelajaran dengan baik.

Sebagai lembaga pendidikan, Eduversal terus mendidik guru-guru dari sekolah binaannya. Pelatihan yang dimulai 24 sampai 29 Juni ini diikuti 250 guru-guru milenial dari 10 sekolah (SD, SMP, SMA) di bawah Eduversal. Guru-guru ini dari mapel sains, matematika, Bahasa Inggris, Kimia, biologi.

Ada 11 trainer yang didatangkan, 8 dari luar negeri, 3 lokal. Mereka mengajarkan metode pembelajaran baru yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa di era digital.

"Kami tidak ingin guru hanya tahu soal pedagogik tapi bagaimana guru bisa mengajarkan siswa tentang pendidikan karakter. Sebab, yang dibutuhkan dunia pekerjaan sekarang bukan hanya yang pintar akademik, tapi lebih pada kemampuan softskill dan budi pekerti baik," tandasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mendikbud: Semua Guru Harus Punya Pengalaman Mengajar di Wilayah 3T


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler