Pakar Ekonomi Sarankan Pertamina Sesuaikan Harga Pertamax di Pasaran

Jumat, 09 Agustus 2024 – 17:23 WIB
Ilustrasi - Pakar ekonomi menyarankan Pertamina menyesuaikan harga jual Pertamax di pasaran dengan harga minyak global agar tidak merugi. Foto: Pertamina Patra Niaga.

jpnn.com - JAKARTA - Pertamina Patra Niaga dinilai penting menyesuaikan harga jual bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax dengan harga global agar tidak terus merugi.

Menurut Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin (Unhas) Abdul Hamid Paddu, harga Pertamax penting disesuaian mengingat kondisi harga minyak berfluktuasi dan nilai tukar mata uang yang tertekan.

BACA JUGA: Buka Peluang Bisnis di SPBU, Pertamina Patra Niaga Tawarkan Bisnis NFR

“Dalam kondisi harga minyak berfluktuasi serta nilai tukar mata uang yang tertekan seperti sekarang, mau tidak mau Pertamina harus menyesuaikan harga Pertamax agar tidak merugi,” ujar Hamid kepada wartawan di Jakarta, Kamis (8/8).

Hamid menyampaikan saran demikian mengingat Pertamina tidak hanya sekadar BUMN, tetapi sebuah perusahaan yang juga memiliki kewajiban mendapatkan keuntungan dan menjaga agar keuangannya tetap stabil.

BACA JUGA: Pertachem Gerak Cepat Jual Petrokimia Heavy Aromatic ke Hazira Port

"Pertamina harus menyelamatkan juga korporasinya untuk negara. Kalau (Pertamax) tidak dinaikkan, bisa berdampak serius pada keuangan BUMN tersebut,” ucapnya.

Menurut Hamid pengelolaan BBM non-subsidi seperti Pertamax menjadi kewenangan Pertamina, karena Pertamax mengacu kepada harga pasar.

BACA JUGA: Pertamina Patra Niaga Dukung Penuh PSN Pengolahan Bauksit jadi Alumina

Karena itu jika Pertamina terus menahan harga Pertamax, tentu akan berdampak langsung kepada perusahaan.

Hamid meyakini kalaupun Pertamina menaikkan Pertamax tentu harga yang ditetapkan masih kompetitif sesuai dengan penghitungan biayanya.

"Pertamina tidak mungkin menaikkan harga semaunya," katanya.

Hamid juga menilai Pertamina penting meningkatkan sistem pengawasan guna mencegah migrasi pengguna Pertamax ke Pertalite.

"Sekarang kalau mau isi Pertalite kan dipantau dengan alat digital. Dari situ akan ketahuan setiap penggunaan Pertalite pada setiap mobil itu. Namun, sistem tersebut harus terus di-improve, diperbaiki terus karena berkaitan dengan informasi data yang dinamis," katanya.

Sekadar informasi, sejak Maret 2024, harga BBM non subsidi Pertamax belum disesuaikan. Sementara itu, pada awal Agustus 2024 lalu SPBU swasta kembali menaikkan harga BBM yang sejenisnya.

Dibandingkan harga BBM RON 92 SPBU lain, Pertamax di DKI Jakarta yang saat ini djiual Rp 12.950/liter jauh lebih rendah.

Revvo 92 dari Vivo misalnya, sudah dibanderol Rp 14.320/liter. Super dari Shell Rp 14.520/liter dan BP 92 (BP AKR) dijual Rp 13.850/liter. (gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Sejumlah BBM Non-Subsidi Naik, Pertamax Tetap


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler