Pakar: Evaluasi Penerapan Teknologi Berbasis AI di Lampu Merah

Minggu, 09 Juli 2023 – 19:01 WIB
Ilustari: Kemacetan di Jakarta. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Sejumlah pakar transportasi meminta pemerintah DKI Jakarta mengevaluasi efektivitas penerapan sistem transpotasi cerdas (Intelligent transport system) di lampu merah berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang terpasang di 20 titik rawan kemacetan di Jakarta.

Section Head of Monitoring and Evaluation Intelligent Transportation System Association of Indonesia (ITS Indonesia), Dr Ilham Malik mengatakan sistem tersebut perlu dikaji ulang karena tingkat derajat kejenuhan disimpang-simpang tersebut masih tinggi terutama di jam-jam puncak lalu lintas.

BACA JUGA: Politikus PSI Minta Pemprov DKI Evaluasi Pemasangan Teknologi AI di Lampu Merah

“Sangat perlu dievaluasi sampai sejauh mana pemanfaatan sistem tersebut di 20 simpang yang ada sebelum ditambahkan lagi hingga 40 simpang," ungkap Ilham Malik dalam siaran persnya, Minggu (9/7).

Dia menambahkan setiap implementasi teknologi baru harus teruji secara komprehensif sebelum diputuskan efektif atau tidak implementasi tersebut.

BACA JUGA: Google Maps Uji Coba Fitur Ikon Lampu Lalu Lintas

Menurut dia, sistem transportasi dengan penerapan AI ini akan melakukan pengaturan waktu di lampu lalu lintas berdasarkan informasi basis data internal Google dan memperkuat fungsi sistem manajemen lalu lintas.

Sistem itu, kata dia, mampu menghitung secara aktual volume lalu lintas di simpang, sehingga dapat diketahui perbandingan antara kepadatan jalan dan lalu lintas di jalan tersebut.

BACA JUGA: Canberra Pasang Lampu Lalu Lintas Bergambar Pasangan Sesama Jenis

Mengingat kompleksitas sistem tersebut, muncul permintaan untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan Sistem Transpotasi Cerdas di lampu lalu lintas berbasis AI ini dari para anggota DPRD DKI Jakarta.

Hal ini agar masyarakat memperoleh pengetahuan yang lebih jelas mengenai pelaksanaan dan dampak dari penerapan sistem ini.

"Jangan sampai penerapan sistem tersebut tidak teruji dengan kondisi lalu lintas riil yang ada di DKI Jakarta dan akhirnya menimbulkan masalah baru," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Forum Transportasi Perkotaan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Dr Budi Yulianto, mengatakan data kepadatan lalu lintas yang digunakan berasal dari historis pengguna Google dan bukan data aktual di persimpangan.

Sehingga proses entry data dilakukan secara manual dan tidak secara otomatis.

"Agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi, perlu dilakukan evaluasi secara terbuka dan dipublikasikan ke masyarakat mengingat data yang digunakan dari Google bukanlah dari penyedia sistem ATCS (Area Traffic Control System)," ungkap Budi Yulianto. (ddy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Kata Plt Wali Kota Bekasi soal Lampu Merah di Simpang CBD


Redaktur & Reporter : Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler