jpnn.com, JAKARTA - Pakar Komunikasi Politik dan pendiri Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) Hendri Satrio menilai ada salah persepsi publik tentang posisi, fungsi dan tugas kerja dari jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) selama ini.
Pasalnya, Kementan adalah satu kementerian yang memiliki tugas khusus pada meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani.
BACA JUGA: Rumah Ekonomi Rakyat Apresiasi Langkah Kementan Menggerakkan Sektor Riil
Berdasarkan data BPS, perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) Maret 2021 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni sebesar 0,18 persen dan 0,14 persen dihitung berdasarkan data bulanan.
Kenaikan NTP dan NTUP terjadi karena index yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen dan index harga yang dibayar petani naik 0,13 persen.
BACA JUGA: Kementan Pastikan Pasokan Bahan Pokok Selama Ramadan dan Lebaran 2021 Aman
NTP sendiri adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. Peningkatan NTP mengindikasikan terjadinya peningkatan kesejahteraan petani.
Menurut data itu, nilai PDB sektor pertanian pada kuaratal IV 2020 juga tumbuh sebesar 2,59 persen (yoy). Sedangkan ekspor pertanian periode Januari-Desember 2020 sebesar Rp451,8 triliun, naik 15,79 persen jika dibanding periode yang sama di 2019 hanya Rp 390,2 triliun.
BACA JUGA: Upaya Kementan Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Selama Ramadan dan Idulfitri 2021
Menurut Hendri, publik semestinya bisa memahami posisi Kementan secara baik, agar ke depan tidak ada kesalahan persepsi yang mendorong opini publik bahwa terkait kinerja Kementan.
Menurutnya, sangat penting publik memahami tugas dan kinerja dari Kementerian Pertanian.
Dia mencontohkan polemik impor beras yang membuat petani marah karena di masa panen raya.
"Mungkin enggak banyak publik yang paham bahwa impor itu bukan tugas Kementan, melainkan tugasnya Kementerian Perdagangan. Hal-hal semacam ini menurut saya berbahaya karena pada akhirnya Kementan dianggap berkinerja tidak memuaskan," ujar Hendri Rabu, (14/4).
Hendri menyayangkan publik hanya membaca kinerja Kementan dari pemberitaan dan informasi yang tengah viral.
Padahal, kinerja Kementan dilihat dari sisi kemampuan menyediakan pangan dan sisi kemampuan dalam menghadirkan kesejahteraan.
"Sekarang ini kan publik enggak paham tentang naiknya kesejahteraan petani. Mereka baca hanya dari pemberitaan dan yang viral di media sosial. Begitu ada yang viral mereka tauny wah, jangan-jangan petaninya engak sejahtera," katanya.
Hendri menambahkan, publik harus mulai berpikir dan mau belajar tentang aturan main yang dipegang satu Kementerian dan kementerian lain. Penilaian tentang memuaskan atau tidak seharusnya bisa proporsional dengan menyertakan data dari lembaga negara.
Menurutnya, masyarakat melihat kinerja Kementan itu dua hal. Pertama ketersediaan dan kedua kesejahteraan. Namun, bilamana melihat ke depan dari sisi kominikasi perlu ditingkatkan, sehingga masyarakat lebih paham tugas-tugas dari Kementan.
"Misalnya ada viral petani mengeluh harga gabah, mungkin di situ ada peran dari Kmenterian Perdagangan," tutupnya. (cr3/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama