Pakar Terorisme Sebut Kelompok Radikal Mulai Memakai AI untuk Menyebarkan Ideologi

Rabu, 10 Juli 2024 – 11:26 WIB
Ilustrasi, Polri menangkap terduga terorisme. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah perlu meningkatkan upaya antisipasi dan mitigasi terhadap berkembangnya radikalisme dan terorisme dalam aspek kemajuan teknologi termasuk kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Pengamat Terorisme Ansyaad Mbai mengatakan AI dipakai juga oleh kelompok-kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi mereka.

BACA JUGA: Lawan Konten Radikal di Internet, BNPT Ajak Semua Pihak Sebar Narasi Moderat  

"Ini terutama terjadi di media sosial. Kelompok radikal dan para pendukungnya berkembang di sana. Oleh karena itu, kemampuan menggunakan teknologi untuk mengantisipasi itu semua menjadi hal yang paling utama, termasuk dalam tugas-tugas yang sifatnya intelijen" kata Ansyaad dikutip, Rabu (10/7).

Menurutnya, selama 14 tahun belakangan upaya penanggulangan terorisme di Indonesia sudah sangat baik, fungsi dan tugas bawah tanah atau intelijen dalam penanggulangan terorisme berjalan dengan efektif sehingga serangan terbuka aksi terorisme terus menurun.

BACA JUGA: Berantas Terorisme, BNPT Minta Masyarakat Menyaring Konten Radikalisme di Dunia Maya

"Fungsi intelijen dalam penanganan terorisme tentu memegang peran yang sangat penting. Fungsi intelijen itu harus betul-betul akurat dan tidak boleh salah. Dan fungsi itu sudah dijalankan dengan cukup baik," kata Ansyaad.

Peran BNPT dalam menangani radikalisme dan terorisme di Indonesia juga tidak dapat dikesampingkan karena memiliki tugas yang strategis dalam pencegahan hingga kerja sama global.

BACA JUGA: Deteksi Dini Penyebaran Radikalisme, BNPT Gandeng Kemendes PDTT Sukseskan Desa Siap Siaga

"Selama ini BNPT punya peran yang sangat penting di semua langkah yang berkaitan dengan upaya menangani terorisme, baik itu berupa pencegahan, penindakan, maupun kerja sama internasional,"ujarnya.

Ansyaad juga mengapresiasi BNPT untuk menanggulangi terorisme selama 14 tahun lembaga itu berdiri. Salah satu keberhasilan tugas itu tergambar dari tidak adanya serangan teroris secara terbuka (zero terrorist attack) di Indonesia sepanjang tahun 2023 hingga Juni 2024.

Ansyaad berharap pemerintah bisa terus meningkatkan koordinasi antara kementerian/lembaga yang terkait dalam menghadapi tantangan menangani radikalisme dan terorisme yang sudah mulai memanfaatkan kemajuan teknologi.

Dia menekankan jika penanganan radikalisme dan terorisme membutuhkan keterlibatan banyak pihak dan tidak bisa dilakukan oleh satu lembaga saja.

"Upaya melawan radikalisme dan terorisme itu harus menggunakan pendekatan the whole of government approach. Pendekatan yang melibatkan semua lembaga pemerintah dan pemangku kepentingan yang terkait," kata Ansyaad. (mcr4/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bamsoet Minta Para Guru Waspadai Penyebaran Paham Radikalisme di Sekolah


Redaktur : Fathan Sinaga
Reporter : Ryana Aryadita Umasugi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler