jpnn.com - PADANGSIDIMPUAN – Ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) rupanya pernah beraktivitas di Kota Padangsidimpuan (Psp), Sumut. Bahkan, Gafatar terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) setempat.
Di sana, ormas yang belakangan menjadi sorotan public itu memiliki sekretariat di Desa Aek Bayur, Kecamatan Psp Batunadua. Gafatar juga sempat melakukan kegiatan sosial. Namun, pada akhir tahun 2015, Gafatar ‘menghilang’ dari Psp.
BACA JUGA: Panji Sosok Gaul, Bahas Berita Hangat dengan Satpam
Di Kota Padangsidimpuan, Pengikut Gerakan Fajar Nusantara memaksa anak-anak mereka untuk berhenti sekolah, dan melanjutkan perjalanan ke Kalimantan. Hal itu diungkap keluarga dari pengikut Gafatar Psp, Senin (18/1) kepada Metro Tabagsel (Jawa Pos Group), yang bernama Abdul Rahman Silitonga.
Pria yang kesehariannya sebagai kuli bongkar muat di daerah Palopa, Psp Tenggara ini, masih tampak sedih. Pasalnya, puterinya, Mira Lisda br Silitonga turut bersama menantunya, Enuh Ruhiyat dan tiga cucunya berangkat ke Kalimantan untuk eksodus bersama pengikut Gafatar lainnya.
BACA JUGA: Depan Rumah Rizal Ramli Tertutup Karangan Bunga
Bahkan, meski sudah dilarang, keluarga itu tetap memutuskan untuk berangkat tanpa pamit kepadanya dan istri, Nur Suti.
“Mereka pergi tanggal 4 November 2015. Sudah saya bilang tidak usah pergi, karena setahu saya Gafatar mereka ini menyimpang, bahkan sudah pernah kami panggil semuanya bersama si Irsan Dalimunthe dan adiknya si Doktoral, sebutannya, ke kantor kepala desa. Tapi, mereka perginya diam-diam,” jelasnya.
BACA JUGA: Terinspirasi Dari Sang Ayah, Perempuan Ini Mahir Menjinakkan Bom
Bahkan, anak dari puterinya itu, atau cucunya, yang masih duduk di kelas 4 SD itu dipaksa berhenti sekolah untuk mengikuti kedua orangtuanya berangkat entah ke mana.
“Kurang tahu ke mana. Anak mereka sudah kelas 4 SD lah ini, sekolahnya pun sekolah agama di MIN 2 itu. Pintar anaknya, bahkan sebelum berangkat, saya bawa cucuku itu ke Padang supaya jangan dibawa pada Oktober kemarin. Tapi, mereka masih menunggu, lima hari setelah saya pulang, mereka rupanya sudah pergi secara diam-diam pada 4 November,” terangnya.
Ia sangat berharap, meski tanpa menantunya, anak dan cucunya masih dapat dikembalikan atau pulang ke Kota Psp menjalani hidup lurus.
“Bapak masih berharap, supaya mereka bisa lagi pulang ke sini, anak-anaknya juga, cucu saya. Saya sekolahkan di sini, saya rawat baik. Saya sama ibunya sangat sedih di sini, tapi bagaimanalah caranya menjemputnya ke sana, uang plen (pesawat,red) saja tidak cukup dari upah bongkar muat,” keluhnya.
Dia berharap pihak berwajib mengembalikan anak keempatnya itu bersama tiga cucunya ke kampung halaman. (mag 01/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KISAH UNIK: Mengusir Makhluk Halus dengan Ritual Kencingi Ban Mobil
Redaktur : Tim Redaksi