jpnn.com, PALEMBANG - Kota Palembang, Sumatera Selatan, dalam beberapa hari terakhir terutama pada pagi hari diselimuti kabut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan kabut bukan dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
BACA JUGA: DLH Minta Bantuan Manggala Agni Memadamkan Kebakaran Lahan di TPA Sukawinatan Palembang
"Kabut yang dirasakan masyarakat di Palembang dan sekitarnya bukan asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Fenomena kabut tersebut timbul akibat adanya uap air," kata Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang Sinta Andayani di Palembang, Jumat.
Dia menjelaskan fenomena kabut tersebut timbul akibat adanya uap air yang terbentuk pada titik-titik dingin di permukaan bumi yang kemudian bercampur dengan polutan.
BACA JUGA: Kabut Asap Karhutla Bikin Kualitas Udara tidak Sehat, Pemkot Pontianak Terapkan Belajar Online
Dalam fenomena kabut tersebut, terdapat sebagian kandungan partikel polutan, oleh karena itu fenomena itu tidak dapat dianggap sebagai kabut murni.
Berdasarkan hasil pengamatan cuaca, fenomena kabut yang terjadi di Palembang dan daerah sekitar menyebabkan penurunan jarak pandang namun masih tergolong aman untuk penerbangan dan aktivitas masyarakat lainnya, katanya.
BACA JUGA: Lelaki Ini Tak Bisa Menahan Nafsu Melihat Wanita Bule Berpakaian Seksi
Dalam beberapa hari terakhir jarak pandang di Kota Palembang berkisar 2.500 hingga 5.000 meter, kondisi tersebut masih dalam kategori aman.
"Fenomena kabut tersebut cenderung muncul menjelang pagi, saat suhu terdingin di permukaan bumi dan kelembaban udara mencapai tingkat tertinggi," katanya.
Hal ini membuat uap air menjadi jenuh dan membentuk titik-titik air padat yang dikenal sebagai kabut.
"Kabut tersebut perlahan-lahan menghilang seiring terbitnya matahari yang memanaskan permukaan bumi," ujar Sinta. (antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KKB Pimpinan Titus Murib Berulah, Fasilitas di Ilaga Dibakar
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti