RAMALLAH - Selangkah lagi keinginan Palestina agar mendapat pengakuan sebagai negara merdeka dan berstatus sebagai anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi kenyataanHal itu akan bisa diketahui pada Jumat depan (23/9) saat dibuka perdebatan di PBB tentang status kenegaraan yang diajukan Palestina.
Pertanyaannya, jika Majelis Umum (MU) PBB nantinya mengakui rival Israel itu sebagai negara, akankah Barat dan media internasional menggunakan istilah "Palestina" dan menghilangkan "wilayah pendudukan" yang biasa dipakai selama ini.
Menurut Neil Macdonald, analis politik yang juga koresponden senior CBC News di Washington D.C., jika Palestina bisa masuk dalam daftar kata resmi di dunia, itu berarti bahwa negara Palestina juga ada
BACA JUGA: AS Halangi PBB Akui Palestina
Sejauh ini istilah tersebut hanya digunakan rakyat Palestina sendiri maupun sejumlah negara yang mendukung mereka"Pengakuan seperti itu menunjukkan cara ampuh bagi sebuah bangsa mendapatkan status kenegaraan," katanya dalam analisis yang dimuat CBC News edisi online Jumat lalu (16/9)
BACA JUGA: Disorot Media, Menteri Pariwisata Brazil Mundur
Negara Palestina yang merdeka, lanjut dia, akan menjadi akhir dari perjalanan revolusi yang diperjuangkan rakyat dan para pemimpinnya.Secara insidental, CBC News juga mempertimbangkan penggunaan istilah Palestina jika MU PBB memberikan suara mendukung soal status keanggotaan pada negara itu
Pengakuan tersebut, ungkap Macdonald, akan menjadi kemenangan bagi mantan pemimpin Palestina, almarhum Yaser Arafat, dan para pendukungnya yang tidak pernah berhasil mewujudkan tujuan utama perjuangan mereka
BACA JUGA: Chris Walton, Pecahkan Rekor Kuku Terpanjang di Dunia
Upaya mereka sempat diwarnai oleh tumpahnya darah para pejuang yang bersenjatakan batu, peluru, dan bom untuk melawan pendudukan Israel selama 63 tahun terakhirWartawan yang pernah menempati pos di Timur Tengah selama lima tahun sebelum pindah ke Washington D.Cpada 2003 tersebut mengakui bahwa Arafat pernah menjadi headline media dan sorotan dunia saat berbicara di depan Majelis Umum (MU) PBB dengan sarung pistol berada di pinggangPenerusnya saat ini, Presiden Mahmoud Abbas, diprediksi akan membuat semua orang bosan saat berbicara di depan MU PBB pekan depan
"Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Abbas bersama timnya jauh lebih cerdas secara politik dibandingkan para pendahulunyaBahkan, kemampuan Abbas lebih efektif ketimbang yang diperkirakan dunia," ungkap Macdonald yang juga fasih berbahasa Arab dan Prancis tersebut
Faktanya, beber Macdonald, Perdana Menteri (PM) Salam Fayyad telah berhasil mengubah institusi keuangan Palestina yang korup selama kepemimpinan Arafat menjadi entitas yang diakui oleh Dana Moneter Internasional (IMF) sebagai lembaga tepercaya layaknya di negara merdeka
Lebih jauh, menurut IMF, tim Abbas juga telah berhasil mengurangi ketergantungan Otoritas Palestina terhadap bantuan asing fari USD 1,8 miliar (Rp 15,66 miliar) pada 2008 menjadi USD 1,2 miliar (Rp 10,4 triliun) tahun laluTahun ini bantuan asing ke Palestina diperkirakan tinggal USD 1 miliar (sekitar Rp 8,7 triliun)Itu bertolak belakang dengan bantuan keuangan yang diterima oleh Israel dari Washington yang mencapai USD 3 miliar (sekitar Rp 26,1 triliun) per tahun dan terus bertambah
Pada waktu yang bersamaan, melalui perintah yang jelas, pemerintahan Abbas telah meminta rakyatnya di Tepi Barat untuk tidak memakai senjata sebagai alat mencapai tujuan"Saat ini hanya ada perlawanan sipil secara sporadis dan lebih banyak aksi damai ala Mahatma Gandhi saat melawan pendudukan pasukan Inggris di India," terang Macdonald
Dia juga menyinggung kecerdasan Abbas yang berhasil mematahkan argumen Israel dan negara-negara Barat soal penolakan pengajuan status kenegaraan pada PBBSelama ini mereka menggunakan dalih fakta sejarah terkait negara Yahudi tersebut sebagai alasan
Israel dan sekutunya juga menganggap pemerintahan Abbas telah meneken kesepakatan kerja sama (rekonsiliasi) dengan kelompok garis keras HamasHingga kini Hamas masih memilih jalan kekerasan untuk melawan pendudukan Israel dari wilayah kekuasaannya di Jalur Gaza.
Namun, rakyat Palestina dan pendukungnya berargumen bahwa saat David Ben Gurion mendirikan pemerintahan Israel pada 1948, mereka juga memberikan amnesti kepada kelompok garis keras Yahudi seperti Irgun dan Stern GangKedua kelompok tersebut menyerang tentara dan warga sipil.
Faktanya, setahun sebelum Israel mengajukan status negara dan keanggotaan, utusan khusus PBB untuk Timur Tengah Folke Bernadotte dibunuh oleh Sten GangMereka menganggap Bernadotte mengancam kepentingan IsraelPembunuhan itu belakangan diketahui diperintahkan oleh Yitzhak Shamir, yang kemudian menjabat sebagai perdana menteri Israel"Tidak ada seorangpun yang dihukum atas pembunuhan tersebut," tulis Macdonald
Kekuatan strategi Abbas didasarkan pada kemampuan dirinya dan timnya untuk menyelaraskan tuntutan dunia internasional selama berpuluh-puluh tahunYakni, bekerja sesuai dengan kerangka hukum dan institusi internasional.
Hanya, upaya dan keinginan Palestina yang sudah sesuai jalur hukum internasional itu mungkin akan menghadapi tembok veto ASKeputusan AS tersebut sepertinya sudah bulat meski muncul ancaman bahwa seluruh negara Arab akan memusuhi Paman Sam jika tetap nekat menggunakan hak istimewa sebagai anggota tetap DK PBB tersebut.
Menteri Luar Negeri Palestina Riad Maliki kepada para wartawan asing menegaskan bahwa pihaknya sama sekali tidak ingin mencari permusuhanNamun, sikap pemerintah AS menempatkan mereka pada posisi berlawanan dengan opini duniaSelain itu, keputusan untuk memveto usulan Palestina akan memunculkan pertanyaan pada kredibilitas Amerika itu sendiri.
"Saya tidak tahu apa arti sikap AS di dalam PBB dan di depan negara lain di dunia," katanyaJadi, kita tunggu saja keputusan MU PBB soal Palestina pekan depan(CBS/RTR/AFP/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kecelakaan Pesawat Militer Angola, 17 Tewas
Redaktur : Tim Redaksi