Panduan Pembukaan Sekolah dari IDAI, Kepsek dan Orang Tua Wajib Tahu

Selasa, 27 April 2021 – 22:29 WIB
IDAI keluarkan panduan pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menilai pembukaan sekolah di masa pandemi Covid-19 belum tepat dilakukan.

Namun demikian, Ketua Umum IDAI Prof DR Dr Aman B Pulungan mengatakan bila pemerintah tetap nekat menerapkan pembelajaran tatap muka atau PTM terbatas, ada beberapa langkah yang harus dilakukan.

BACA JUGA: Muncul Klaster Baru, FSGI Sebut Pembukaan Sekolah di Zona Kuning Tidak Efektif

"IDAI memberikan panduan bagi pihak penyelenggara, orang tua dan evaluator," kata dokter Aman dalam keterangannya, Selasa (27/4).

Berikut 14 langkah yang dilakukan sebelum PTM terbatas:

BACA JUGA: Kapitra: Ini Waktunya Menghentikan Teroris dan Separatis dengan Menumpasnya

1. Semua guru dan pengurus sekolah yang berhubungan dengan anak dan orang tua/pengasuh harus sudah divaksin.

2. Buat kelompok belajar kecil. Kelompok ini yang berinteraksi secara terbatas di sekolah. Jika ada kasus konfirmasi contact tracing bisa dilakukan secara efisien.

BACA JUGA: Munarman Ditangkap, Ada yang Berterima Kasih kepada Densus 88

3. Jam masuk dan pulang bertahap untuk menghindari penumpukan siswa di jam masuk dan pulang sekolah. Kelompok belajar kecil dapat datang dan pulang di waktu yang sama.

4. Penjagaan gerbang dan pengawasan yang disiplin guna menghindari kerumunan di gerbang sekolah.

5. Jika menggunakan kendaraan antar jemput, gunakan masker dan jaga jarak serta menjaga ventilasi dengan membuka jendela mobil.

6. Buka semua jendela kelas. Gunakan area outdoor bila memungkinkan. Dalam ruang dengan sirkulasi tertutup direkomendasikan penggunaan High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter.

7. Membuat pemetaan risiko adakah siswa dengan komorbid, orangtua siswa dengan komorbid, atau tinggal bersama lansia maupun guru dengan komorbid serta kondisi kesehatan atau medis anak.

"Anak dengan komorbiditas atau penyakit kronik sebaiknya tetap belajar secara daring," ujar dokter Aman.

Dia mencontohkan komorbiditas diabetes melitus, penyakit jantung, keganasan, penyakit autoimun, HIV, penyakit ginjal kronik, penyakit paru kronik, obesitas, sindrom tertentu.

8. Idealnya sebelum membuka sekolah, semua anak maupun guru dan petugas sekolah dilakukan pemeriksaan swab, dan secara berkala dilakukan pemeriksaan swab ulangan untuk quality control protokol kesehatan di sekolah.

9. Penyediaan fasilitas cuci tangan di lokasi-lokasi strategis (sebelah kelas, sebelah toilet, dan lainnya).

10. Jika ada anak atau guru atau petugas sekolah yang memenuhi kriteria suspek, harus bersedia untuk dilakukan swab test.

11. Sekolah dan Tim UKS sudah menyiapkan alur mitigasi bila ada warga sekolah yang sakit dan sesuai kriteria diagnosis suspek/probabel atau kasus Covid-19 terkonfirmasi (sistem contact tracing, RS rujukan dan lainnya).

12. Pelatihan penggunaan masker secara benar

13. Melatih anak untuk:

- Tidak memegang mata, hidung dan mulut tanpa mencuci tangan terlebih duhulu.

- Tidak bertukar alat minum atau peralatan pribadi lainnya.

- Etika batuk dan bersin.

- Mengenali tanda Covid-19 secara mandiri dan melaporkan jika ada orang serumah yang sa kit.

- Tidak melakukan stigmatisasi terhadap teman yang terinfeksi Covid-19.

14. Dukungan mental orang tua dan murid. (esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler