jpnn.com - Setahun sebelum jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi terbunuh, Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS) mengatakan kepada seorang ajudannya kalau ia akan menggunakan 'peluru' pada wartawan itu. MBS akan melakukannya jika ia tidak kembali ke Saudi dan mengakhiri kritiknya terhadap pemerintah.
Pernyataan itu, MBS ungkapkan pada 2017, sebelum Khashoggi dibunuh Oktober lalu di sebuah Konsulat Saudi di Istanbul. Majalah Times mengutip informasi tersebut dari pejabat saat ini dan mantan pejabat AS yang memiliki pengetahuan tentang laporan intelijen.
BACA JUGA: Erdogan Masih Ngotot Pemerintah Saudi Bunuh Khashoggi
Namun, komentar itu disangkal oleh agen intelijen Amerika. Dilansir dari Reuters, analis intelijen AS telah menafsirkan komentar 'peluru', tidak berarti MBS mau menembak Khashoggi. Namun itu menunjukkan niatnya untuk membunuh Khashoggi jika dia tidak kembali ke Saudi.
Riyadh, yang awalnya menyangkal mengetahui hilangnya Khashoggi, dengan tegas bersikeras bahwa MBS tidak terlibat dalam pembunuhan itu.
BACA JUGA: Nasib Tragis Ulama Pengkritik MBS, Tewas setelah Diisolasi 5 Bulan
Perwakilan untuk Kedutaan Besar Saudi di Washington, CIA, dan Badan Keamanan Nasional belum mengomentari hasil investigasi dari Times. Badan-badan intelijen AS meyakini MBS memerintahkan operasi untuk membunuh Khashoggi.
AS telah menjatuhkan sanksi pada 17 pejabat Saudi atas peran mereka dalam kematian wartawan itu, tetapi Presiden AS Donald Trump mengatakan dia mendukung MBS.
BACA JUGA: Ulama Pengkritik Pangeran MBS Tewas di Penjara Saudi
Penyelidik HAM PBB yang menyelidiki pembunuhan Khashoggi sedang dalam kunjungan selama seminggu ke Turki dan bertemu dengan Kepala Jaksa Istanbul pada hari Kamis (7/2).
Penyelidikan yang dipimpin oleh PBB mengatakan dalam laporannya bahwa bukti menunjukkan kejahatan brutal direncanakan dan dilakukan oleh pejabat Saudi. (JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Orang Dekat Pangeran MBS Lenyap
Redaktur & Reporter : Adil