Parade Budaya Meriahkan HUT ke-415 Kota Singaraja

Selasa, 02 April 2019 – 00:28 WIB
Suasana parade budaya yang digelar dalam rangka peringatan HUT ke-415 Kota Singaraja yang dilaksanakan di sepanjang jalan Ngurah Rai Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali pada Sabtu (30/3). Foto: Istimewa

jpnn.com, SINGARAJA - HUT ke-415 Kota Singaraja dimeriahkan dengan parade budaya yang menampilkan sejumlah tradisi di Kabupaten Buleleng, Bali. Ribuan peserta dari sembilan kecamatan itu berhasil memukau penonton yang memadati area pementasan di sepanjang jalan Ngurah Rai Singaraja, Buleleng, Bali, pada Sabtu (30/3).

Kepala Dinas Kebudayaan Gede Komang mengungkapkan, parade budaya yang digelar kali ini mengambil tema ‘Singa Prja Tattwa’, yang memiliki makna meneladani keteladanan Ki Barak Panji Sakti, pada masa kejayaannya memerintah. “Oleh sebab itu, banyak fragmentari tentang sejarah yang berkaitan dengan ketangguhan Raja Ki Gusti Panji Sakti dipersembahkan untuk masyarakat Buleleng,” kata Gede Komang.

BACA JUGA: Pemkab Buleleng Terbukti Sah Atas HPL Aset Lahan Pejarakan

Sementara, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana dalam sambutannya mengatakan bahwa parade buaya ini merupakan suguhan yang khas, menarik, dan unik dengan menampilkan kreativita masyarakat Buleleng.

menurutnya, sejumlah pementasan seni dan budaya yang ditampilkan oleh pelaku seni itu menjadi daya tari tersendiri bagi masyarakat Buleleng. “Kami telah bersepakat untuk bersatu dalam multikulturalisme, bersatu merangkai warna nusantara,” ujar Putu Agus.

BACA JUGA: PACUL Berdemo di Depan Gedung KPK, Ini Tuntutannya

Dia juga mengatakan, parade budaya sebagai wujud kebersamaan guna membangun masyarakat Buleleng yang bermartabat melalui bidang seni, budaya, dan pariwisata. “Teruslah berkreasi, dan terus berupaya menggapai prestasi puncak untuk kemajuan seni, budaya, dan pariwisata di Kabupaten Buleleng,” pintanya.

Selain mengungkap sejarah perjalanan pendiri Puri Singaraja, parade budaya kali ini juga menyuguhkan tradisi di beberapa desa di Buleleng. Seperti tradisi ‘Siat Sambuk’ misalnya. Tradisi ini biasa dilakukan oleh Krama Desa Negak dan Pemangku dari Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula. Tradisi yang dalam bahasa Indonesia ini berarti “Perang Sabut Kelapa” dilaksanakan saat Pengerupukan (sehari sebelum hari Nyepi) di Pura Desa Tejakula.

BACA JUGA: KRI OWA STTAL Raih Predikat Terbaik Dalam Parade Budaya dan Bunga

Lalu ada tradisi ‘Gebug Ende’ yang ditampilkan duta Kecamatan Gerokgak. Tradisi ini diyakini berasal dari Kabupaten Karangasem yang dibawa oleh penduduk dari Gumi Lahar tersebut ketika bermigrasi ke Buleleng, tepatnya di Kecamatan Gerokgak. Tarian ini merupakan tarian persahabatan dan sering juga digunakan untuk memohon turun hujan.(mg7/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler