jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Universitas Indonesia Marlon S Kansil mengemukakan hasil kajian terkait partai politik jelang Pemilihan Presiden 2024.
Hasilnya, partai politik di Indonesia disebut belum menentukan sikap dan membahas kemungkinan membentuk koalisi nantinya.
BACA JUGA: DKPP Pecat 2 Penyelenggara Pemilu
Marlon melakukan kajian dari berbagai media sosial dalam sepekan terakhir.
Partai politik di Indonesia disebut masih membicarakan masalah internal, program, dan kebijakan politik partai.
BACA JUGA: Kasus Ibu Curi Susu Terancam 7 Tahun Penjara, Miris!
Padahal, katanya, beberapa pengamat dan hasil survei telah membuat prediksi skenario koalisi partai politik yang kemungkinan terbentuk pada Pemilihan Presiden 2024.
Beberapa skenario koalisi yang kerap muncul, PDI Perjuangan dan Partai Gerindra.
BACA JUGA: Muncul Permintaan Amendemen UUD 1945 Beri Ruang untuk Capres Independen
Kemudian, Partai Golkar bersama PKB, PAN, dan PPP.
Partai NasDem berkoalisi bersama Partai Demokrat dan PKS.
Menurut Marlon berbagai prediksi itu masih berada pada tahap awal.
Artinya masih mulai disebut tetapi belum banyak dibahas partai politik terkait.
Misalnya, hasil penelusuran untuk kata kunci PDIP di media sosial.
Belum menunjukkan ada perbincangan soal koalisi untuk Pemilu 2024.
Isu yang muncul untuk kata kunci itu, kata Marlon, lebih mengarah pada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Hasil yang sama diperoleh saat Marlon memasukkan kata kunci Gerindra, PKB, PKS, dan PBB.
Sementara itu, Partai Demokrat, merujuk pada hasil penelitiannya, lebih banyak membahas persoalan internal partai dan upaya menjaga partai tetap solid.
Kemudian, PAN belum membahas kemungkinan koalisi pada 2024, tetapi hasil penelusuran yang ada menunjukkan partai itu memperlihatkan keuntungan masuk koalisi pemerintah saat ini.
Hasil penelusuran Golkar menunjukkan partai itu fokus menaikkan sosok Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai bakal calon presiden.
Terakhir, hasil penelusuran kata kunci NasDem lebih banyak memperlihatkan upaya partai membantu rakyat, termasuk di antaranya lewat program vaksinasi.
“Kesimpulan saya dari semua data bahwa (prediksi pembentukan) koalisi politik ini baru masuk fase awal, karena di media sosial baru mulai menaikkan isu ini," ucapnya.
Marlon mengingatkan elite politik bahwa segala rencana membentuk koalisi perlu melibatkan aktor nonpartai politik, yaitu kelompok kepentingan.
“Koalisi tidak hanya ditentukan oleh partai, karena secara de facto ada kelompok kepentingan seperti kelompok agama dan kelompok masyarakat lainnya,” kata Marlon saat memaparkan hasil penelitiannya pada acara diskusi virtual CSPS UI.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang