Referendum pemisahan Sudan Selatan akan menciptakan negara baru di dunia
BACA JUGA: Hizbullah Hengkang dari Pemerintahan Lebanon
Selatan yang memiliki sumber daya minyak paling besar akan memisahkan diri dari UtaraAnn Itto, pejabat partai berkuasa Sudan Selatan, Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan, kepada wartawan menyatakan, hampir 2,3 juta pemilih telah menyalurkan suaranya, sejauh ini
BACA JUGA: Motif Politik atau Kurang Waras?
Artinya, batas minimal 60 persen sudah terpenuhi"Batas minimal untuk menentukan bahwa referendum sah, telah terlewati," ujar Itto
BACA JUGA: Banjir Australia, Brisbane Jadi Kota Hantu
"Enam puluh persen sudah tercapaiTapi kami ingin tingkat partisipasi seratus persen," tambahnya.Juru bicara Komisi Referendum Suad Ibrahim menyatakan klaim Itto bisa diterima"Sangat mungkinBahkan mungkin lebih tinggi (dari klaim 60 persen)," jelasnya kepada Agence France Presse.
Ito menyerukan kepada yang belum menggunakan hak pilihnya untuk segera berpartisipasi"Dengan memilih berarti menghormati mereka yang mengorbankan hidupnya, hingga kita sampai pada hari yang menentukan saat ini (referendum)," tandasnya"Ini adalah kesempatan emas yang tidak akan datang lagi," serunya.
Mobil pengeras suara lalu-lalang di jalanan becek dan kotor di Kota Juba menyerukan kepada para pemilih untuk datang ke TPS dan menggunakan hak pilihnya"Sangat penting untuk memilihJangan lupa bawalah kartu pemilih andaAnda hanya mempunyai tiga hari lagiKemerdekaan tidak bisa menunggu lagi," suara dari balik pengeras suara.
Sekitar dua juta orang tewas selama perang sipil yang berlangsung selama dua dekade antara Utara dan SelatanPerang tersebut berakhir pada 2005 melalui perjanjian damai yang merekomendasikan pelaksanaan referendum.
Wilayah Sudan hanya seluas 50 kilometer persegi atau seluas PrancisKarena hanya 15 persen dari 8,7 juta penduduk yang bisa membaca, surat suara dicetak menggunakan gambarGambar satu tangan berarti berpisah dan dua tangan saling menjabat berarti bersatu.
Referendum tersebut dikotori dengan bentrokan antara anggota suku di Abyei, perbatasan Utara-Selatan, yang menewaskan sepuluh orang, Senin (10/1)Menteri Dalam Negeri Sudan Ibrahim Mohammed Ibrahim akan melakukan pertemuan dengan pemimpin suku Misseriya di Abyei setelah Gubernur Provinsi Kordofan, Sudan Selatan Ahmed Mohammed Harun melakukan kunjungan kontroversial ke sebuah distrik yang berada di bawa pengawasan PBB.
PBB menjadi target kritik oleh kelompok perlindungan HAM, karena menyediakan helikopter kepada HarunNama Harun masuk dalam daftar nama orang yang dicari oleh Pengadilan Kriminal Internasional atas dugaan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, selama terjadi konflik di Darfur, Sudan Barat(cak)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belanda Pajaki PSK Amsterdam
Redaktur : Tim Redaksi