Pasangan Disfungsi Ereksi? Inilah Cara Menghadapinya

Selasa, 24 Desember 2013 – 13:20 WIB

jpnn.com - PRIA dikenal memiliki gairah dan kemampuan seks lebih tinggi dibandingkan wanita. Namun hal tersebut mungkin tidak lagi berlaku jika pria mengalami disfungsi ereksi (DE). Untuk menjaga hubungan tetap sehat, sebagai istri apa yang sebaiknya dilakukan jika suami didiagnosis mengidap DE?

DE sendiri merupakan kondisi ketidakmampuan pria untuk memulai atau mempertahankan ereksi. Kondisi ini berakibat pada tidak adanya kepuasan saat bercinta.

BACA JUGA: Saat Ketakutan, Indra Penciuman Lebih Aktif

Menurut Dr. Rupin Shah -seorang androlog di Lilavati Hospital, Mumbai-, hampir semua pria pernah mengalami kegagalan ereksi dalam hidup mereka. Namun ketika kondisi tersebut terjadi sebanyak 5 kali atau lebih selama periode 1 bulan, maka harus segera diperiksakan ke dokter.

Psikolog mengatakan, DE merupakan sebuah kondisi yang menakutkan bagi seorang pria. Hal ini terkait dengan munculnya kecemasan dan rasa malu. Ketidakmampuan untuk ereksi seringkali juga mempengaruhi citra diri mereka, terutama dalam kehidupan seksualnya.

BACA JUGA: Tak Perlu Cemas dengan Anak Pemilik Teman Khayalan

Kondisi ini terasa semakin buruk ketika istri mencoba menyelesaikan dengan mengajaknya berbicara. Kebanyakan pria melihat DE sebagai masalah teknis, sementara wanita memandangnya sebagai masalah hubungan.

Pria merasa lebih nyaman dengan menghindarinya, sementara wanita justru sangat ingin membicarakannya. Secara bertahap, kondisi ini bahkan bisa memburuk jika tidak segera diatasi.

BACA JUGA: Suasana Rumah Bisa Tentukan Keberhasilan Diet

"Pada dasarnya pria tidak komunikatif. Sudah ada penelitian yang menunjukkan fakta bahwa otak kiri pria lebih dominan, sehingga mereka tidak terbiasa mendiskusikan perasaan yang dialaminya, terutama dalam urusan seksual. Ketika masalah seperti DE muncul, hal tersebut menjadi topik yang menyakitkan bagi pria," kata seorang psikoterapis, Hvovi Bhagwagar, seperti dilansir laman iDiva, Senin (23/12).

Sementara itu, Sallie Foley, direktur dari University of Michigan Sexual Health Certificate program (UMSHC), mengatakan bahwa menggunakan lingerie seksi dan berusaha menggoda pasangan anda tidak banyak membantu. Hal-hal semacam ini justru akan menimbulkan lebih banyak tekanan pada pria.

Setelah didiagnosis, cara yang paling efektif untuk mengatasi kondisi tersebut adalah dengan tidak membesar-besarkannya. Seorang psikolog klinis, Varkha Chulani, mengatakan bahwa semakin sedikit wanita memperlihatkan ketakutannya akan diagnosis tersebut, maka akan semakin baik akan bagi dirinya dan pasangan.

"Seorang wanita harus menjadi sekutu bagi suaminya. Cobalah untuk membantu mengurangi tekanan dan kecemasan yang dialami suami terkait kondisi mentalnya," katanya lanjut.

Langkah berikutnya adalah mencari tahu akar penyebab munculnya DE, kemudian cobalah untuk mencari pengobatan. Sementara pengobatan terus berjalan, perhatikan juga bagaimana cara anda berkomunikasi dengan suami.

Sebaiknya hindari juga memaksa suami untuk mendiskusikan masalah ini. Cobalah tempatkan suami dalam kondisi yang nyaman di sisi anda. Lebih penting lagi, yakinkan bahwa anda akan selalu mendukung dan menerima kondisi suami.

"Jika pasangan memiliki hubungan dan rasa saling percaya yang kuat, maka secara bertahap mereka bisa melalui permasalahan tersebut," pungkas Chulani.(fny/jpnn)

 

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menunda Kehamilan Hingga Usia 30 Tahun Beresiko Prematur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler