jpnn.com, JAKARTA - Harga minyak dunia melonjak pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB).
Harga minyak dunia melejit ketika peningkatan besar persediaan minyak mentah AS gagal menenangkan kekhawatiran tentang ketatnya pasokan global.
BACA JUGA: OPEC Memberi Peringatan Serius, Harga Minyak Dunia Kembali Melonjak
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni melambung USD 4,14 atau 4,0 persen, menjadi menetap di USD 108,78 per barel.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat USD 3,65 atau 3,7 persen, menjadi ditutup di USD 104,25 per barel.
BACA JUGA: Banyak Ketidakpastian, Harga Minyak Dunia Ambyar
Dilansir dari Antara Pasar minyak telah berayun liar saat pengguna akhir dan pedagang telah mencoba untuk mengukur gangguan dalam ekspor harian Rusia setelah invasi ke Ukraina.
Sebagian besar perkiraan berkisar antara 1 juta hingga 3 juta barel per hari.
BACA JUGA: Kabar dari Timur Tengah Bikin Harga Minyak Dunia Anjlok Lagi
Analis di Price Futures Group Phil Flynn mengatakan keuntungan datang sehari setelah kedua harga acuan minyak meningkat lebih dari 6,0 persen.
"Pada akhirnya pasar menjalankan beberapa berita utama dari Rusia, yang menjadi lebih mengancam, dan itu terus menjadi lebih berisiko. Masih ada perdebatan tentang dampak apa yang akan terjadi," ujar Flynn.
Presiden AS Joe Biden menuduh Rusia melakukan genosida pada Selasa (12/4/2022).
Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman semuanya berjanji untuk mengirim lebih banyak senjata pada Ukraina. Biden mencatat sistem artileri, pengangkut personel lapis baja, dan helikopter.
Sumber mengatakan perusahaan perdagangan global utama berencana untuk mengurangi pembelian minyak mentah dan bahan bakar dari perusahaan minyak yang dikendalikan negara Rusia pada 15 Mei.
Hal itu dilakukan untuk menghindari pelanggaran sanksi Uni Eropa terhadap Rusia, pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow dapat dengan mudah mengalihkan ekspor sumber daya energinya yang besar dari Barat. Beberapa negara, termasuk India, terus membeli minyak Rusia dengan diskon besar-besaran.
Pada Selasa (12/4/2022), Badan Energi Internasional (IEA) menurunkan ekspektasi untuk permintaan di seluruh dunia dan mengatakan peningkatan produksi global dapat mengimbangi kehilangan produksi minyak Rusia. IEA mengatakan pihaknya memperkirakan produksi Rusia turun 1,5 juta barel per hari pada April, meningkat mendekati 3 juta barel per hari mulai Mei.
Gedung Putih melepaskan 180 juta barel dari cadangan minyak AS selama enam bulan, bagian dari pelepasan 240 juta barel dari anggota Badan Energi Internasional.
Produksi AS diperkirakan akan terus meningkat dari 11,8 juta barel per hari sekarang menjadi sekitar 12 juta pada 2022.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul