BACA JUGA: Kementerian BUMN Susun Roadmap Privatisasi
Sekjen Perbanas Farid Rahman mengakui, industri perbankan menyadari bahwa perang bunga sudah menunjukkan kecenderungan tidak sehat
BACA JUGA: Diversifikasi Ekspor Jadi Keharusan
Selain itu, kata dia, perang bunga juga tidak efisien karena akan menambah beban biaya dana yang mesti ditanggung bank (cost of fund)
BACA JUGA: Pinjaman Program Terserap 14,5 Persen
Perbanas juga mendorong perbankan menghentikan aksi perang bunga''Sebelumnya, ada pembicaraan intensif soal tersebut,'' tuturnyaSebelum tercapai kesepakatan, Bank Indonesia (BI) memanggil pimpinan dan eksekutif bank besar membahas konsekuensi perang bunga''Penghentian perang bunga akan membawa stabilitas pada pasar,'' kata Farid
Wakil Presdir BCA Jahja Setiaatmadja mengakui, perang suku bunga deposito untuk menarik dana pihak ketiga demi melonggarkan likuiditas membawa banyak konsekuensiDia mencontohkan, karena suku bunga dana naik, bank sulit tidak menaikkan bunga kreditPadahal, kemungkinan itu bisa saja dihindari dengan menekan BOPO (biaya operasional terhadap pendapatan operasional)
''Karena suku bunga kredit naik, potensi NPL ikut naik,'' ujarnyaKarena itu, kenaikan suku bunga deposito bisa mengganggu perekonomianTapi, dia menyebut bank tak bisa disalahkan secara sepihak''Sebab, DPK (dana pihak ketiga) dari masyarakat merupakan sumber dana paling aman,'' lanjutnya
Tingkat likuiditas bank memang sangat ketatItu terlihat dari tidak seimbangnya kucuran kredit dan penghimpunan danaEkspansi kredit mencapai 35 persen, sedang penghimpunan dana hanya tumbuh 15 persenKredit konsumsi mendominasiPertumbuhan kredit itu jauh di atas target yang dipatok BI sebesar 22 persen
Ketatnya likuiditas juga terlihat dari tergerusnya penempatan dana bank di Sertifikat Bank Indonesia (SBI)Penempatan dana bank umum di SBI sebesar Rp 95 triliunAwal tahun ini penempatan dananya masih Rp 231 triliun sehingga turun 58 persenLikuiditas ketat juga terpantau dari koleksi perbankan atas surat berharga di luar obligasi rekapJumlahnya turun 17,1 persen menjadi Rp 69,6 triliun dari semula Rp 84 triliun
Menurut Farid, fenomena perang bunga tidak lepas dari aksi pemerintah yang ikut menyerap likuiditas di pasarTahun ini, emisi surat utang pemerintah cukup banyak(eri/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nasabah Serbu Bank
Redaktur : Tim Redaksi