Pasar E-Commerce Bakal Tembus Rp 145 Triliun

Minggu, 04 Maret 2018 – 01:40 WIB
Ilustrasi Garuda Indonesia. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Kargo PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Sigit Muhartono mengatakan, bisnis kargo perseroan meningkat sejak 2016.

Garuda sendiri menargetkan kontribusi bisnis kargo mencapai delapan persen.

BACA JUGA: Sedang Proses Cerai, Pramugari Garuda Terjerat Jadi Pemakai

’’Pada 2016, kontribusinya baru 6,2 persen. Nah, tahun 2017, alhamdulillah naik jadi 7,6 persen,’’ ujar Sigit, Jumat (2/3).

Dia melanjutkan, salah satu strategi perseroan untuk meningkatkan bisnis kargo adalah bekerja sama dengan beberapa e-commerce di tanah air.

BACA JUGA: Garuda Tindak Tegas Pegawai yang Terbukti Pakai Narkoba

’’Memang, kalau e-commerce, kata kuncinya adalah speed. Lewat mana? Lewat udara,’’ tutur Sigit.

Pasar e-commerce di Indonesia juga terus berkembang. Pada 2014, pasar e-commerce di Indonesia mencapai Rp 25 triliun. Angka itu naik menjadi Rp 94 triliun pada 2017.

BACA JUGA: Pramugari Cantik Garuda Terseret Narkoba, Begini Ceritanya

’’Di 2018, diperkirakan naik jadi Rp 145 triliun,’’ kata Sigit.

Sayang, biaya logistik di Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara lain di ASEAN.

Biaya logistik di Indonesia bisa mencapai 24 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Sementara itu, di Malaysia maupun Singapura, biaya logistik hanya mencapai 14–15 persen terhadap PDB.

’’Kalau kita bisa saving dari 24 persen menjadi 20 persen saja, berarti empat persen dikalikan PDB,’’ terang Sigit.

Kerja sama dengan platform e-commerce maupun transportasi daring di Indonesia diharapkan bisa memangkas waktu dan biaya pengiriman untuk menekan ongkos logistik.

Pihaknya berencana membuat platform aplikasi layanan pengiriman bernama GO Express.

Dengan aplikasi tersebut, pelanggan tinggal mengisi alamat tujuan barang yang akan dikirimkan.

’’Kami bisa minta dia ambil barang dari rumah untuk dibawa ke gudang kami,’’ jelas Sigit.

Barang pun bisa diambil dengan transportasi termurah yang saat itu tersedia untuk menekan biaya.

Sebab, menurut  Sigit, tren pengiriman barang bukan lagi port-to-port, melainkan door-to-door. (vir/c18/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Duh, Pramugari Garuda Ketahuan Pakai Narkoba


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler