Pasar Ritel Tembus Rp.115 Triliun

Kamis, 08 Juli 2010 – 09:19 WIB
JAKARTA - Hingga akhir 2010, pertumbuhan produk ritel modern akan menembus angka penjualan Rp115 triliun dengan asumsi pertumbuhan  10-15 persenIni berarti, penjualan produk ritel kemasan mulai pulih sejak terkena imbas lesunya perekonomian dunia 2009 lalu

BACA JUGA: Ditanggung, PPN Selang-Regulator Elpiji

Direktur Jasa Ritel Nielsen Indonesia Yongky Susilo menjelaskan, hingga April 2010, pertumbuhan ritel modern untuk 56 produk kemasan telah rebound dengan pertumbuhan sembilan persen, dibandingkan pertumbuhan 2009 yang hanya mencapai lima persen.

Jumlah total belanja ritel produk selama 2009 mencapai Rp99,6 triliun
Sedangkan hingga Mei 2010, jumlah belanja ritel kemasan tertentu mencapai Rp44,6 triliun

BACA JUGA: Penjualan Tiket Online Terus Tumbuh

Pada kuartal III 2010, jumlah pembelian akan meningkat tajam karena termasuk di dalamnya waktu khusus seperti Lebaran
Beberapa komoditas yang termasuk dalam survei di antaranya produk susu kemasan, biskuit, margarin, mi instan, minyak goreng, dan personal care

BACA JUGA: DGTel Ramaikan Pasar HP Murah



Kendati pertumbuhan ritel naik cukup signifikan, namun pertumbuhannya masih kalah jauh dengan pertumbuhan sektor industri sekunder lainnya, seperti motor, mobil, dan elektronik’’Pertumbuhan penjualan barang elektronik ini naik masing-masing 31 persen, 73 persen dan 30 persenBerarti, sektor usaha mulai kembali bergerak yang didorong optimisme pengusaha dan masyarakat akan kondisi perekonomian Indonesia yang membaik,’’ ujarnya di kantornya Gedung Mayapada Sudirman, Jakarta.

Optimisme konsumen dan pengusaha juga didukung kondisi ekonomi yang membaik seperti cadangan devisa yang mencapai titik tertinggi USD78 miliar, inflasi dan tingkat pengangguran rendah, serta nilai tukar yang stabil’’Namun ada kendala yang akan menghalangi pertumbuhan sektor konsumenYang paling utama adalah ketimpangan antara produksi energi (listrik) dibandingkan konsumsi listrik,’’ tukasnya.
 
Untuk industri manufaktur seperti semen misalnya, biaya listrik mendominasi sekitar 50 persen biaya produksi, besi (25 persen), serta makanan dan minuman mencapai 35 persen’’Kenaikan tarif listrik 10 persen, idealnya akan menaikkan harga makanan 3,5 persenTetapi asosiasi menyatakan, kenaikan di atas angka tersebut sekitar 5-10 persen,’’ imbuhnya(dew)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bidik 10 Ribu Nasabah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler