Pasien Korban Sinabung Tetap Bayar

Jumat, 17 September 2010 – 21:26 WIB

KARO -- Sejumlah keluarga pasien bencana letusan gunung Sinabung, yang di rawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Kabanjahe, mulai memprotes kebijakan rumah sakitPasalnya, pernyataan pemerintah yang menyatakan kalau seluruh biaya  perobatan di gratiskan, tidak berjalan sesuai informasi yang diterima pengungsi sebelumnya

BACA JUGA: Arus Balik TKI di Kalbar Belum Signifikan

Para pasien tetap dikenakan biaya tebusan resep obat
Menurut sejumlah keluarga pasien, pengutipan biaya pengambilan resep di apotek rumah sakit itu karena ada obat yang tidak termasuk kategori obat Jamkesmas.

“Pasca letusan, ibu saya menderita penyakit sesak nafas

BACA JUGA: PCNU Jember Kecam Pembakaran Alquran

Kemungkinan besar akibatkan terhirup abu vulkanik
Ketika mengambil resep diberikan dokter, pihak apotek rumah sakit meminta biaya Rp21 ribu

BACA JUGA: Lantik Dua Ketua PN

Kata mereka, pil obat sesak tidak termasuk dalam  kategori yang digratiskan,” ujar Beru Karo, warga Desa  Payung, Kecamatan Payung ketika ditemui di kamar 1 ruang V, RSU Kabanjahe.

Selama seminggu ibunya di rawat di RSU  Kabanjahe, keluarga pasien, telah tiga kali diminta bayaran“Total biaya Rp63 ribuAlasanya juga tetap sama,  obat sesak tidak adaKarena butuh, harus kami bayar,” ujarnya kesal.

Hal senada dikatakan Sembiring (35) warga desa Kuta MbelinKetika hendak mengambil resep obat istrinya yang mengalami pendarahan di hidung (mimisan), dia juga diminta Rp21 ribu“Sepertinya aneh juga, mengapa  biaya obat sesak dan mimisan harganya samaApakah kebetulan, atau disamakan, saya kurang pahamSaya heran ketika mendengar keluarga pasien lainnya dikenakan harga  yang sama dengan saya,” ujarnya tegas.

Terkait hal tersebut, Pelaksana Tugas Direktur RSU Kabanjahe, dr Thomas Tarigan mengatakan,  RSU Kabanjahe menggratiskan seluruh biaya perobatan pengungsi bencana letusan Sinabung“Mungkin ada  beberapa obat yang tidak termasuk Jamkesmas, dimasukan dokter ke dalam resep obatKita akan telusuri hal ini, dan untuk selanjutnya akan kita berikan sosilaisasi kepada pasien dan keluarga,” ujarnya.

Di kalangan pengungsi, penyakit anxietas (kecemasan) menduduki peringkat kedua tertinggi yang diidap pengungsi di kamp pengungsianKadis Kesehatan Pemkab Karo, dr Diana br Ginting menyebutkan, hingga kemarin (16/9) jumlah penderitanya mencapai 3.025 orang

“Anxietas tersebut mengalahkan penyakit gangguan lambung dan iritasi mataKami telah berupaya untuk menekan angka tersebut dengan melakukan kunjungan periodik ke kamp-kamp pengungsi bersama dokter psikolog RSJ Medan,” kata Diana.

Ada lima pasien yang terpaksa diberikan terapi secara khususSatu pasien ditemukan di Jambur Tuah Lau  Pati, tiga orang di penampungan Klasis GBKP Kabanjahe, dan satu orang di jambur Lige kabanjahe“Gejala cemas yang ditemukan pada mereka itu sepertinya melebihi pasien lainnyaOleh karena itu kita buatkan perawatan lebih intensif,” ucapnya lagi.

Meski demikian, dr Diana bersyukur, anxietas belum sampai mengakibatkan gangguan kejiwaan berat.
Hingga kemarin, pihaknya masih dibantu tenaga medis dari Depkes RI, Gereja Balai Keselamatan, Gereja Katolik, Pertamina Rs Efarina Etaham, Kesdam I BB, dan Diskes Lantamal I Belawan.

“Pihak Diskes Lantamal Belawan datang hari iniSelain  tim medis, mereka juga membawa bantuan obat-obatan dan maskerUntuk sementara stok obat bagi pengungsi masih cukup, namun beberapa  jenis bertahan untuk 2 mingguKita telah membuat usulan tambahan obat ke Provinsi,” ucapnya.

Sementara di puluhan desa di kaki Gunung Sinabung dengan radius 6 kilometer, terancam serangan anjing gila yang ditularkan pelihataan mereka sendiriPasalnya, sejak masa pengungsian, sebahagian besar anjing tidak terawat pola makannya.

Ancaman ini terdeteksi dari saat gelar rapat koordinasi penanggulangan bencana letusan Gunung Sinabung dipimpin Sekdapropsu, RE Nainggolan, di Aula Kantor Bupati Karo kemarinWalau masih sebatas ancaman namun keadaan tidak dapat disepelekan.

Menanggapi ini, Kadis Peternakan Pemkab Karo, drh Jenggi Surbakti mengatakan kalau pihaknya langsung melakukan pengamatanLima staf di dinasnya segera disebar ke desa-desa di luar radius 6 km untuk mengobservasi dan pemantauan atas geliat anjing anjing di desa merekaPihaknya sudah menemukan satu warga desa yang terkena gigitan anjing, tapi belum diketahui apakah gigitan itu berimplikasi pada gejala rabiesDinas Peternakan Pemkab Karo masih menunggu hasil laboratoriumSedangkan pengamatan di desa di radius 6 km belum dilakukan karena warganya masih berada di kamp pengungsian(wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lihan Mengaku Ditipu Rp1 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler