Pasien Meninggal, Keluarga Mengamuk, Dokter Dianiaya

Jumat, 12 Mei 2017 – 00:06 WIB
Buntut dari penganiayaan terhadap seorang dokter, sempat terjadi ketegangan di IGD RSUD Abepura. Nampak salah satu pasien hendak dibawa mobil ambulans RSUD Abepura, untuk dipindahkan ke RS lain, Rabu (10/5) malam. Foto: Elfira/Cendrawasih Pos/JPNN.com

jpnn.com, JAYAPURA - Para tenaga medis sepakat untuk tidak melakukan aktivitas pelayanan di IGD RSU Abepura, Jayapura, Papua.

Gara-garanya, seorang dokter di IGD RSU Abepura bernama dr Hayu (30) dianiaya oleh sekelompok keluarga pasien.

BACA JUGA: Sarjana Pertanian Menggandeng Dokter Gelar Pelatihan Urban Farming

Penganiayaan ini buntut dari meninggalnya seorang pasien bernama Delta Murib yang dikatakan karena kesalahan pihak medis. Tubuh korban dikatakan masih hangat namun sudah dibawa ke ruang jenazah.

Dari pantauan Cenderawasih Pos (Jawa Pos Group), akibat kejadian ini, ada sejumlah pasien terpaksa memilih pindah ke rumah sakit terdekat.

BACA JUGA: Kuota Mahasiswa Kedokteran Bisa Dikepras Tinggal 50 Kursi

Peristiwa terjadi Rabu malam (10/5) sekitar pukul 19.45 WIT di ruang IGD dimana pasien Delta ini masuk pada Selasa (9/10) sekitar pukul 21.00 WIT yang dibawa oleh keluarga.

Hasil pemeriksaan disebutkan bahwa pasien tersebut mengalami komplikasi penyakit malaria dan paru-paru.

BACA JUGA: Pelamar 5.727 Orang Calon Dokter

Informasi yang dihimpun Cenderawasih Pos, pasien disarankan untuk menjalani rawat inap hingga akhirnya dipindahkan ke ruang penyakit dalam perempuan.

Sejatinya penanganan pasien ini disebutkan sudah sesuai dengan aturan, namun ada informasi yang menyebutkan jika pasien sempat berjalan ke kamar mandi lalu terjatuh.

Dalam penanganan medis ini akhirnya pasien meninggal dan langsung dibawa ke ruang jenazah. Nah di sini lah pihak keluarga merasa ada yang janggal sehingga melakukan protes dan akhirnya melakukan penyerangan kepada beberapa petugas medis.

“Jika pasien sudah berada di rumah sakit, secara klinik yang mengetahui pasien meninggal dan tidaknya itu adalah dokter yang menanganinya di ruang UGD saat itu. Jadi seorang meninggal itu diketahui dari Pupil melebar, denyut jantung berhenti dan itulah yang terjadi pada pasien saat itu sehingga dokter mengatakan meninggal,” jelas Direktur RSUD Abepura dr. Nicodemus Barens , setelah menerima penjelasan dari dr. H yang menangani pasien tersebut.

Namun, pihak keluarga tak menerima dengan meninggalnya korban dan meminta pertanggungjawaban pihak rumah sakit.

Situasi sempat tegang dan informasi yang diperoleh Cenderawasih Pos sejumlah pasien di ruang IGD sempat dievakuasi untuk mengantisipasi aksi massa pihak keluarga.

Untungnya Polisi segera mendatangi lokasi dan mengamankan situasi. "Informasinya seperti itu, ada pasien yang masuk dan dirawat kemudian meninggal. Tapi keluarga pasien tidak terima karena menganggap tubuhnya masih hangat, sehingga melakukan protes dan terjadi pemukulan," kata Wakapolsek Abepura, Kompol James Tegai di rumah sakit.

Ia mengatakan pihak rumah sakit telah mengembalikan jenazah ke keluarga dan akan dilakukan pertemuan lanjutan.

Penutupan IGD ini mengundang kekecewaan bagi keluarga pasien lainnya. Salah satunya adalah Robertus yang akhirnya membawa sang anak yang sesak nafas ke RS Bhayangkara.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr Aloysius Giay M.Kes yang mengunjungi RS Abepura, meminta agar IGD segera dibuka.

Usai pertemuan dengan direktur RS Abepura serta managemen, Aloysius menyebut bahwa apa pun yang terjadi tak ada alasan yang membenarkan pelayanan kemanusiaan dihentikan. Jangan sampai karena sikap mogok ini akhirnya menimbulkan korban baru.

"Tidak bisa seperti itu, soal rasa aman managemen harus memastikan dengan berkoordinasi ke pihak kepolisian, bukan justru menghentikan pelayanan dan saya lihat ini cukup mengganggu," kaya Giay kepada Cenderawasih Pos.

Ia meyakini dari insiden pukul Rabu malam pukul 20.30 WIT sudah ada pasien yang tidak mendapatkan pelayanan medis.

"Hitung saja sejak jam 9 malam kemarin sampai siang ini IGD sudah tutup. Pimpinan rumah sakit yang harusnya memberi jaminan soal ini dan tadi dalam pertemuan saya juga meminta untuk aktivitas jangan dihentikan," imbuhnya.

Selang beberapa menit seorang petugas medis menempelkan kertas dan menjelaskan soal tak adanya pelayanan di IGD lantaran insiden pemukulan yang dilakukan terhadap dokter, perawat, mahasiswa magang serta sopir ambulans.

Pegawai medis meminta adanya jaminan keamanan sebelum membuka pelayanan IGD. (ade/fia/tri)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Parah! Dokter dan Perawat Mogok Kerja Gara-gara...


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler