Paslon NADI Dinilai Mendiskreditkan Perempuan Gegara Singgung Pernikahan & Karakter Fisik

Jumat, 27 September 2024 – 00:15 WIB
Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam, Nuryanto-Hardi Selamat Hood (NADI). Dok: source for JPNN.

jpnn.com, BATAM - Pengamat politik dari Citra Institute Efriza menyoroti sikap dari pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Batam Nomor Urut 1, Nuryanto-Hardi Selamat Hood (NADI). Pasangan itu dinilai sudah mendiskreditkan perempuan di ruang publik.

Hal tersebut terjadi ketika pasangan itu memberikan pidato dalam acara Deklarasi Pilkada Damai 2024 yang diselenggarakan oleh Polresta Barelang. Dalam kesempatan ini Hardi menyinggung hal personal seperti status pernikahannya dan karakter fisik dari calon Wakil Wali Kota Batam Nomor Urut 2, Li Claudia Chandra.

BACA JUGA: Sapa Masyarakat Temanggung, Agus-Nadia Disambut Sangat Antusias

Dalam video yang beredar di media sosial, Hardi menyatakan bertemu si cantik Claudia, tetapi sayang dia sudah memiliki istri.

“Hari ini saya bertemu si gadis cantik, pasangan salah satunya yang cantik, Ibu Claudia, sayangnya saya sudah beristri,” terang Hardi dalam video pendek berdurasi 4 menit 44 detik.

BACA JUGA: Survei Poltracking di Pilkada Jatim: Approval Rating Jokowi 87,5%

Pernyataan tersebut dinilai Efriza sangat tidak etis dan mendiskreditkan perempuan. Apalagi hingga menyinggung status pernikahan yang dimiliki, mengingat Claudia merupakan seorang single parent.

“Kalau melihat apa yang dilakukan oleh paslon nomor satu ini jelas adalah sikap tidak etis, tidak menghargai perempuan. Dia tidak menghargai perempuan dalam berpolitik, dan dia mendiskreditkan perempuan,” ujar Efriza ketika dihubungi, Kamis (26/9).

BACA JUGA: Pj Gubernur Jateng Pastikan Stok Pangan Selama Pilkada Hingga Nataru Aman

“Apalagi sampai mengatakan “sayangnya saya sudah beristri,” terlebih lagi Ibu Claudia ini kita tahu merupakan seorang single parent, dia berjuang untuk anaknya,” kata dia lagi.

Efriza mengatakan bahwa pernyataan Hardi tersebut juga termasuk dalam pelecehan terhadap perempuan di ruang publik. Di satu sisi, dia tidak menghargai perempuan dalam ruang lingkup berpolitik dan berdemokrasi.

Di sisi lainnya, Hardi dinilai tidak menghargai perempuan yang telah menjadi istrinya karena dengan terang-terangan menilai fisik dari wanita lain di ruang publik.

“Satu sisi melecehkan istrinya, satu sisi lagi melecehkan pasangan rivalnya di pilkada. Sisi istrinya itu, dia tidak menghargai istrinya dengan mengatakan secara terbuka mengatakan “cantik” itu tidak menghargai pasangan hidupnya,” ujarnya.

Terakhir, Efriza menyayangkan pernyataan yang dilontarkan Hardi kepada Claudia. Menurutnya hal tersebut menciderai semangat berdemokrasi dan mendiskreditkan perempuan dalam ruang politik.

“Dia tidak menghargai perempuan, tidak menghargai perempuan dalam karir politiknya, dan tidak menghargai demokrasi itu sendiri,” pungkas Efriza. (cuy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hari Pertama Kampanye Pilkada, Andika-Hendi Temui Tokoh Muhammadiyah Jateng


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler