PB PMII Gelar Aksi Melawan Radikalisme dan Terorisme

Sabtu, 09 Juni 2018 – 20:55 WIB
Puluhan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar aksi sekaligus kampanye untuk melawan radikalisme dan terorisme di Jakarta, Sabtu (9/6) . Aksi digelar berlangsung di tiga titik. Foto: Dok.PMII

jpnn.com, JAKARTA - Puluhan aktivis mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menggelar aksi sekaligus kampanye untuk melawan radikalisme dan terorisme. Aksi tersebut digelar di tiga titik di Jakarta, Sabtu (9/6/2018) yakni Jalan Sarinah Tamrin, Tugu Tani dan perempatan Atrium Senen.

Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Bidang OKP, M. Syarif Hidayatullah mengatakan PMII menggelar aksi untuk menanggapi teror bom bunuh diri di Surabaya, Sidoarjo, dan Mapolda Riau beberapa waktu lalu, Insiden teror tersebut mengakibatkan Indonesia kembali berduka.

BACA JUGA: Dosen PNS Terbanyak Pelaku Ujaran Kebencian

Sebagai bentuk keprihatinan dan respons terhadap insiden teror bom bunuh diri, menurut Syarif, ratusan hashtag pun beredar di internet. Salah satunya #halaqohpergerakanlawanterorisme yang diinisiasi oleh PB PMII Bidang OKP. Hal ini dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap tindakan radikalisme dan terorisme.

BACA JUGA: Pendataan HP Dosen dan Mahasiswa Bukan untuk Memata-matai

Syarif Hidayatullah menekankan bahwa aksi yang gelar PMII sebagai bentuk kampanye untuk menolak paham radikalisme dan terorisme di bangsa ini. PMII dalam aksi tersebut juga menyerukan dukungan kepada pemerintah dan Polri untuk memberantas paham radikal dan teroris karena bertentangan dengan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Menurut Syarif Hidayatullah, radikalisme dan terorisme kini menjadi musuh "baru" umat manusia. Meskipun akar radikalisme telah muncul sejak lama, namun peristiwa peledakan bom akhir-akhir ini seakan mengantarkan fenomena ini sebagai musuh kontemporer sekaligus sebagai musuh abadi.

BACA JUGA: Indonesia Tidak Boleh Gagap Hadapi Radikalisme dan Terorisme

Syarif mengungkapkan banyak pihak berspekulasi dan secara tendensius mengatakan bahwa terorisme berpangkal dari fundamentalisme dan radikalisme agama, terutama Islam. Tak heran jika kemudian Islam seringkali dijadikan 'kambing hitam”.

Namun demikian, menurut Syarif, tidak sedikit pula yang percaya bahwa motif radikalisme dan terorisme tidaklah bersumber dari aspek yang tunggal. Kesadaran ini membawa keinsyafan bahwa upaya penanganannya juga tidak bersifat parsial, namun perlu pendekatan komprehensif secara integral.

Lebih lanjut, Syarif Hidayatullah mengungkapkan sejak bergulirnya reformasi di Indonesia tahun 1998, radikalisme dan terorisme mulai ramai diperbincangkan. Reformasi membuka kran demokrasi yang tertutup selama 32 tahun selama rezim orde baru berkuasa.

“Alhasil, ruang eskpresi yang terbuka lebar mendorong lahirnya banyak organisasi dan gerakan keagamaan. Dalam masa ini, berbagai macam kelompok/organisasi baik politik, ekonomi, agama dan sebagainya menemukan tempat untuk mengekspresikan kepentingannya,” katanya.

Menurut Syarif, selain kampanye melawan terorisme, PMII juga melakukan berbagai kegiatan seperti bakti sosial. Di antaranya pembagian takjil untuk pengguna jalan, dan stiker kepada masyarakat yang bertuliskan “Setop Radikalisme”.

Selain itu, PMII mendukung dan menggagas beberapa hastag di media sosial di antara #kamibersamapolri, #okp_pbpmii, dan #halaqohpergerakanlawanterorisme.

“Hal ini yang kemudian saya inginkan melalui media cetak maupun online seluruh masyarakat Indonesia tahu dan sadar bahayanya paham radikalisme dan terorisme.

Sementara itu, Ketua Umum PB PMII Agus Mulyono Herlambang menegaskan bangsa Indonesia itu merdeka karena diperjuangkan, sedangkan perjuangan itu perlu pengorbanan. “Lantas mengapa setelah merdeka malah mau dirusak sendiri,” tanya Agus.

Agus menyampaikan pernyataan Sang Proklamator Bangsa yakni Bung Karno bahwa, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Menurut Agus, PMII sebagai organisasi ekstra mahasiswa yang komitmen dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia tentu sangat miris dan geram dengan tindakan di luar nalar ini seperti aksi teror bom bunuh diri.

“Karena itu, saya berharap kepada seluruh rakyat Indonesia terutama kepada generasi muda dan orang tua untuk menanamkan cinta terhadap bangsanya sendiri. Hal itu sebagai bentuk pengabdian untuk memelihara, membela, melindungi tanah airnya dari segala ancaman dan gangguan,” tegas Agus.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wakapolri Bantah Klaim Sandi 40 Masjid Terpapar Radikalisme


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler