PBB Nilai Asumsi RAPBN 2016 Tak Realistis

Senin, 26 Oktober 2015 – 19:36 WIB
Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra. FOTO: DOK.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Asumsi dasar ekonomi makro yang digunakan pemerintah dalam menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2016 dinilai tidak realistis. Terutama jika dihadapkan pada perkembangan nyata ekonomi sebenarnya.

“Dasar ekonomi makro tidak realistis. Asumsi sudah banyak berubah dengan APBN 2015 dan APBNP 2015. Misalnya, ditetapkan angkat pertumbuhan ekonomi 5,5 persen dan laju inflasi sebesar 4,7 persen. Ini mustahil dapat dicapai,” ujar Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra, Senin (26/10).

BACA JUGA: Revaluasi Aset, Dirut PLN Minta Doa Agar Tembus Rp1.000 Triliun

Menurut Yusril, asumsi tersebut keliru, apalagi nilai tukar rupiah pada RAPBN 2016 dipatok pada angka  Rp13.400 pers USD.

Menurut Yusril, jangankan pakar ekonomi, publik secara umum pun mengetahui persis angka tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya.

BACA JUGA: Praktik Trader Gas Bentuk Pemborosan

“Ambil contoh angka nilai tukar rupiah, meski sempat kembali menguat, namun hari ini masih bertengger di angka Rp 13.500/USD‎. Sementara harga minyak mentah Indonesia per September, masih berada di kisaran USD 43.40/barel.‎ Karena itu sangat berlebihan jika dalam dua bulan ke depan dapat langsung meroket USD 60/barel,” ujarnya.

Menurut Yusril, laju inflasi Indonesia per September, masih di angka 6,83 persen. Karena itu harus menjadi perhatian serius pemerintah untuk mengkalkulasikan kembali asumsi-asumsi dasarnya, sehingga postur RAPBN 2016 akan terlihat lebih rasional dan realistis," ujar Yusril.

BACA JUGA: Jika Ini Terjadi, Ojek Online Bakal Hilang

‎DPP PBB, kata Yusril, juga menilai nota keuangan RAPBN 2016 nyaris tidak menggambarkan respon pemerintah atas menurunnya daya beli masyarakat dan menekan laju inflasi. Padahal di sisi lainnya, dalam RAPBN tersebut, pemerintah justru ingin meningkatkan sektor perpajakan dalam negeri serta target sumber penerimaan keuangan negara hingga angka Rp1.524,013 triliun.

“Mustahil penerimaan pajak naik sesuai target angka tersebut, jika daya beli masyarakat kita menurun,” ujar Yusril.(gir/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Apa Kabar BUMN yang Mati Suri?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler