PDIP Bakal Gelorakan Spirit Penguasaan Iptek ke Kampus-kampus Indonesia

Jumat, 25 Februari 2022 – 19:24 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto saat memberikan kuliah umum bertema Peran Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045 di Universitas Surabaya (Unesa) secara hibryd, Jumat (25/2). Foto: DPP PDI Perjuangan

jpnn.com, JAKARTA - PDI Perjuangan berkomitmen menggelorakan spirit keindonesiaan untuk mendorong anak bangsa menguasai ilmu dan teknologi di kampus-kampus.

Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bersama Ketua DPP Prof Rokhmin Dakhuri akan memimpin gerakan itu.

BACA JUGA: PDIP Dapat Penghargaan dari Basarnas, Hasto Sampaikan Pesan Bu Mega

"Jadi, kami datang bersama Prof Rokhmin untuk menggelorakan bahwa sejak 1953 sejatinya Bung Karno sudah menegaskan kampus sudah menjadi city of intelect. Kampus harus jadi pusat pengembangan peradabah Indonesia," kata Hasto saat memberikan kuliah umum bertema Peran Perguruan Tinggi Dalam Pembangunan Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045 di Universitas Surabaya (Unesa) secara hibryd, Jumat (25/2).

Hasto melanjutkan dunia kampus supremasi pengetahuan dan teknologi harus menjadi infrastruktur penting bagi kemajuan Indonesia Raya.

BACA JUGA: Kejadian Subuh, Mbak WN Disergap Pria Bejat Seusai dari Toilet, Lalu Dipaksa Begituan

Politikus asal Yogyakarta itu menceritakan pada 1955 Indonesia di bawah kepemimpinan Bung Karno berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika.

Hasto menilai hal itu tidak terlepas dari kepemimpinan Prokmator RI Bung Karno yang sejak usia 16 tahun sudah menuliskan berbagai karya-karya intelektual yang menggelorakan semangat pembebasan, yang menyadarkan alam pikir dari seluruh rakyat di Nusatara yang terjajah Belanda untuk berdiri bergelora membangun spirit kebangsaannya itu.

BACA JUGA: Bareskrim Tahan Crazy Rich Indra Kenz

"Di Konferensi Asia-Afrika itu keluarlah Dasasila Bandung. Ini harus menjadi kajian di kampus-kampus betapa hebatnya kepeloporan Indonesia saat itu," kata Hasto.

Mahasiswa S3 Universitas Pertahanan (Unhan) RI itu menceritakan setelah Indonesia merdeka, negara-negara belum merdeka mendatangi Bung Karno. Seperti Palestina, Tunisia, Aljazair, Maroko, dan Sudan.

Negara-negara itu datang karena melihat Indonesia yang baru merdeka sudah bergelora dan bersemangat.

"Oleh Bung Karno mereka dikasih dana, duit itu kemudian disewakan rumah di Jalan Serang, Menteng. Kemudian mereka merancang kemerdekaannya dibiayai oleh Indonesia. Dan kemudian merdekalah negara-negara Maroko, Tunisia, Sudan, Aljazair karena campur tangan Indonesia. Kalau Bung Karno tidak digusur, mungkin Palestina sudah merdeka," jelas dia.

Oleh karena itu, lulusan S1 Teknik Kimia UGM itu mengingatkan Bung Karno diberi gelar Pahlawan Kemerdekaan dan Pembebas Bangsa-bangsa Islam.

Daya gebrak Bung Karno dalam geopolitik dunia, lanjut Hasto, tak sampai di situ.

Bung Karno juga merupakan pemimpin pertama yang mengutip ayat-ayat suci Al-Qur'an ketika membawa pidato To Build The World a New di Perserikatan Bangsa-bangsa pada 1960.

"Karena itu, spirit ini harusnya dimiliki oleh insan kampus, bagaimana kampus mampu menguasai ilmu dan teknologi melalui riset-risetnya," tegas Hasto.

Sementara itu, Prof Rokhmin mengamini spirit merupakan aspek yang harus dibangun di kampus sesuai dengan keinginan Hasto. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu memandang selama puluhan tahun mengajar di dalam dan luar negeri, membangunkan spirit lebih sulit dibanding aspek teknokrasi.

"Jadi, Mas Hasto sudah tuntas bagaimana civitas akademika entah itu mahasiswa, dosen, tenaga akademik, menggelorakan spirit kepemimpinan bukan hanya jago kandang," kata Rokhmin.

Rokhmin juga meyakini Indonesia bisa mengejar cita-cita Presiden Joko Widodo dan eks Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri agar Indonesia maju pada 2045.

Meski demikian, dia memandang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk merealisasikan mimpi tersebut.

Menurut Rohkmin, ada sejumlah indikator kinerja yang harus dipenuhi Indonesia untuk mewujudkan hal itu.

Pertama ialah pendapatan per kapita Indonesia harus mencapai USD 12.620 per tahun per orang. Kemudian, teknologi harus dikuasai tanpa tergantung dengan impor. Selanjutnya, mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Lalu, menciptakan pembangunan hijau berkelanjutan.

"Kami dan Mas Hasto keliling kampus membangkitkan spirit dan cara-cara teknokrasi negara yang sekarang kelas menengah bawah menjadi negara maju makmur," kata dia. (tan/jpnn)


Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler