jpnn.com, PALEMBANG - Ketua DPC PDI Perjuangan (PDIP) Kota Palembang Zufikri Kadir menyatakan akan menjadi pemenang dalam pemilihan wali kota Palembang 2018 mendatang.
PDIP menyakini hal itu karena telah memiliki modal. Yakni PDIP menjadi partai pemenang dalam pemilu legislatif pada 2014 lalu.
BACA JUGA: PDIP Mencari Pasangan di Kotamobagu
“Kita akan merebut kembali kemenangan dalam pilwako Palembang,” tegas Ketua DPC PDIP Kota Palembang Ir H Zufikri Kadir, ditemui Selasa siang (26/4).
Selain modal menang di pemilu legislatif, beberapa periode terakhir, kader PDIP memimpin Kota Palembang, seperti Eddy Santana, Romi Herton.
BACA JUGA: Pemilih Pilwakot Diprediksi 30 Ribu Jiwa
Menurutnya, PDIP sudah punya modal untuk itu. Di DPRD Kota Palembang, sebutnya, PDIP memiliki 9 kursi. Sedangkan syarat untuk bisa mengusung calon walikota, sebutnya, setidaknya 10 kursi.
Menurut pria yang juga menjabat anggota DPRD Sumsel tersebut, dalam suksesi, apakah pilgub, pilwako, atau pilbup bagi PDIP menjadi persoalan martabat atau harga diri partai.
BACA JUGA: PKS sudah Siapkan Lima Nama untuk Diusulkan
“Jadi bukan hanya persoalan kalah menang saja,” katanya. Apalagi, kata dia, PDIP menjadi salah satu partai tertua di Indonesia. Pria yang karib disapa Yayul itu juga membantah bila ada klaim dari menyebut PDIP sudah menjadi milik seseorang. “Sampai saat ini PDIP belum milik siapa siapa, jadi tidak boleh ada klaim,” ucapnya.
Sesuai apa yang disampaikan ketua DPD PDIP Sumsel Giri Ramanda Kiemas, lanjut Yayul, seluruh kader yang akan maju dalam pilkada dipersilahkan untuk bergerak. Ditanya soal kabar dirinya yang disebut akan maju dalam pilwako Palembang tak dibantah Yayul.
“Kawan kawan di DPC PDIP mendorong saya untuk maju,” katanya.
Namun, untuk maju dalam pilkada, sebutnya, tentu harus memenuhi seperti syarat elektabilitas, popularitas. Serta melihat juga bagaimana calon yang diusung, apakah memiliki intelektual bagus, moral, kompetensi, dan jaringan (diluar partai) yang bagus.
Untuk calon yang akan maju, kata dia, idealnya melalui proses survei dua sampai tiga kali, seperti masuk awal, tahapan, sampai hasil bagaimana.
Ini berkaca dari pilkada Jakarta, pasangan Ahok-Djarot dari hasil survei mereka unggul di atas 2 persen dari Anis-Sandi. Namun, hasilnya ternyata bertolak belakang. (bis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Independen Identik dengan Jalur Maut?
Redaktur & Reporter : Budi