jpnn.com, JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memastikan akan terus bersama Presiden Joko Widodo sampai akhir masa jabatan dan mencalonkan kembali untuk periode kedua di 2019.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, Jokowi muncul dari proses kaderisasi kepemimpinan di partai besutan Megawati Soekarnoputri itu.
BACA JUGA: Bu Mega Mengaku Sebagai Inisiator Pembentukan BNPB
“Ketika jadi wali kota di PDIP, ketika didorong jadi gubernur di PDIP, kemudian ketika rakyat menghendaki kami juga memberi penugasan ke beliau sebagai capres,” kata Hasto di markas partainya, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (28/10).
Karena itu, dia memastikan bahwa PDI Perjuangan akan terus bersama dan mendukung Jokowi.
BACA JUGA: Megawati: Pecat Saja yang Seperti Itu!
Menurut Hasto, hal itu tidak perlu dideklarasikan karena sejak lama PDI Perjuangan sudah mengusung Jokowi.
“PDIP kan bukan partai deklarator, kami sudah mendeklarasikan sebelum pilpres lalu,” ujar Hasto.
BACA JUGA: Ssttt...Bu Megawati Sindir Pemimpin yang Begini
Menurut Hasto lagi, tugas PDI Perjuangan sekarang memberikan dukungan yang efektif kepada Jokowi.
“Kami selalu memberi kesempatan kepada kader yang diberi kepercayaan untuk menjabat dua periode karena perubahan yang bisa dilakukan,” ujar Hasto.
Dia menambahkan, yang terpenting sekarang ini adalah bagaimana efektivitas dukungan diberikan kepada Jokowi.
Menurut dia, PDI Perjuangan bukanlah partai baliho yang hanya sekadar berorientasi pada aspek elektoral yang menggambar tokoh-tokoh di pinggir jalan dan berharap dengan cara itu rakyat memberi dukungan.
“Menurut saya itu bagian dari penyederhanaan politik, bahkan bagi saya itu menghina hukum demokrasi di mana rakyat sebagai hakim tertinggi,” tegasnya.
Dia menambahkan, baliho yang sebenarnya adalah prestasi yang ditorehkan di tengah rakyat, bukan dipasang di awang-awang.
Apa tidak takut ditinggal Jokowi mengingat sudah banyak partai lain mendeklarasikan dukungan?
“Loh, bagaimana? Orang dari survei menunjukkan loyalitas pemilih PDIP terhadap Jokowi paling tinggi, 86-an persen,” katanya.
Hasto menuturkan, bagi PDI Perjuangan yang terpenting adalah survei sudah menunjukkan bagaimana asosiasi PDI Perjuangan terhadap Jokowi.
“Itu paling tinggi karena rakyat ingat betul bagaimana proses kepemimpinan itu,” katanya.
Dia memaparkan saat Megawati melihat bagaimana harapan rakyat terhadap Jokowi, anak Bung Karno itu langsung mengambil keputusan mencalonkannya sebagai presiden.
“Ketika Jokowi dikatakan diktaktor, Bu Mega tampil melawan,” tegasnya.
Soal cawapres untuk Jokowi nanti, Hasto menuturkan partainya belum berpikir jauh ke sana.
Yang jelas, ujar dia, cawapres harus bekerja sama dengan calon presiden. “Wakil kan (tugasnya) membantu presiden. Jangan wapres punya politik yang berbeda dengan presidennya,” jelas Hasto.
Hasto pun mencontohkan bagaimana hubungan harmonis saat Megawati menjadi Presiden berpasangan dengan Hamzah Haz yang ketika itu dijodohkan oleh MPR.
Meskipun dari partai berbeda, kedua tetap memiliki kesatupaduan dalam memimpin negeri ini.
“Makanya Bu Mega bicara kepada Pak Hamzah Haz “Kita dijodohkan oleh MPR”, kalau di antara kita tidak kompak, kita angkat alis saja maka rakyat bergerak”,” katanya.
“Oleh karena itu Pak Hamzah, kalau saya mengambil putusan dalam sidang kabinet, sebelum palu saya ketok, kalo Pak Hamzah ada tidak setuju, tolong pegang tangan saya,” lanjut Hasto menirukan Mega.
Dia mengatakan, ketika Mega mengambil keputusan tapi Hamzah Haz memegang tangannya, maka itu merupakan signal sehingga Presiden RI kelima itu tidak jadi memutuskan.
“Jadi intinya wapres itu membantu presiden menjabarkan, membantu presiden terhadap politik pembangunan dari presiden itu,” katanya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peringatan Sumpah Pemuda, Jokowi Dengar Aspirasi Anak Muda
Redaktur & Reporter : Boy