PDIP Terus Perkuat Sinergi Islam dan Kebangsaan

Bamusi Tampilkan Wajah Agamawi PDIP

Minggu, 30 Oktober 2016 – 13:01 WIB
Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Achmad Basarah dalam acara pelantikan pengurus cabang Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) se-Bangka Belitung di Pangkalpinang, Minggu (30/10). Foto: DPP PDIP for JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - DPP PDI Perjuangan terus menguatkan organisasi sayapnya yang bergerak di bidang keagamaan. Minggu (30/10), Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto melantik pengurus cabang Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) se-Bangka Belitung di Pangkalpinang.

Dari momen itu, PDIP menegaskan bahwa antara Islam, kebangsaan dan Pancasila merupakan satu kesatuan. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Achmad Basarah, Pancasila merupakan sintesis antara Islam dan nasionalisme.

BACA JUGA: Janjinya September, Sampai Sekarang Hasil Tes CPNS Belum Diumumkan

Basarah yang juga sekretaris Dewan Penasihat Bamusi mengibaratkan Islam dan nasionalisme laksana rel kereta. Menurutnya, keduanya tak bisa dipisahkan dalam menjaga Indonesia.

"Salah satu dari rel kereta api itu patah maka akan berisiko jatuhnya kereta api dari atasnya. Risikonya bukan hanya penumpangnya tidak akan sampai tujuan, tetapi kereta apinya akan celaka," ucap Basarah sebagaimana siaran pers DPP PDIP.

BACA JUGA: Begini Sikap Ketum MUI soal Aksi Besar 4 November

Selain Hasto dan Basarah, hadir pula dalam pelantikan itu Ketua DPD PDIP Provinsi Bangka Belitung Rustam Effendi, serta Sekretaris Umum Pengurus Pusat Bamusi Nasyirul Falah Amru.

Basarah lantas menjabarkan sejarah berdirinya Indonesia yang tak lepas dari peran tokoh Islam dan nasionalis. Menurut dia, pergerakan kaum nasionalis dimulai dengan berdirinya Perkumpulan Boedi Oetomo tahun 1908. Selanjutnya pada 1912 ada Muhammadiyah, kemudian Nahdlatul Ulama pada 1926 dan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 1927.

BACA JUGA: Polri Punya Event Besar di Bali, Kapolri Minta Restu di Bundaran HI

Organisasi-organisasi itulah yang akhirnya mewarnai gerakan kemerdekaan Indonesia. "Sejarah pembentukan Indonesia sebagai sebuah negara bangsa tidak dapat dipisahkan dari gerakan kaum Islam dan kaum kebangsaan, baik pada konteks gerakan pemikiran maupun gerakan politik," tambahnya.

Selanjutnya, ada Soekarno yang menyerap paham Islam dari HOS Tjokroaminoto dan KH Ahmad Dahlan. Basarah menambahkan, Soekarno melakukan internalisasi pemikiran Islam dan memadukannya dengan nasionalisme.

"Dua dimensi pemikiran Islam dan kebangsaan itulah yang akhirnya oleh Soekarno dikonseptualisasikan menjadi Pancasila yang sekarang menjadi konsensus dasar bangsa Indonesia sebagai ideologi negara," ucap Basarah.

Sedangkan Hasto mengatakan, keberadaan Bamusi sangat penting bagi PDIP. Sebab, Bamusi menampilkan wajah lain dari partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.

Hasto bahkan menyebut Bamusi berperan mengangkar citra PDIP. “Politik itu seyogianya tidak bisa dipisahkan dari sisi keagamaan,” tegasnya.(jpg/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Oooh..Ini Maksudnya Status Siaga Satu Brimob


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler