Pedagang Ogah Sembelih Sapi di Rumah Pemotongan Hewan

Sabtu, 05 November 2016 – 15:21 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - SURABAYA – Harga daging sapi segar di pasaran cenderung stagnan. Berdasar data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, sejak Juli lalu, harga daging cenderung melandai.

Harga yang stabil tersebut justru membuat para pedagang sapi enggan memotong sapi di rumah pemotongan hewan (RPH).

BACA JUGA: Ini Strategi Samsung Dongkrak Penjualan

Akibatnya, jumlah sapi yang dipotong di RPH turun. Dulu setiap hari bisa dipotong di atas seratus ekor, kini maksimal seratus ekor.

’’Bahkan, sekarang selalu di bawah itu, 90–100 ekor per hari,’’ kata Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim Muthowif.

BACA JUGA: Industri Galangan Kapal Minta Relaksasi PPN Komponen

Data Disperindag Jatim menunjukkan, harga rata-rata pada Oktober lalu mencapai Rp 104.625 per kilogram (kg), turun dari September Rp 105.260 per kg. Pada Agustus, dihargai Rp 105.207 per kg.

Padahal, pada Juli lalu, harganya mencapai Rp 108.012 per kg. Harga yang cenderung stagnan bahkan turun tersebut dinilai tidak menarik bagi pedagang.

BACA JUGA: Menuju Final World Halal Tourism Award, Yuk Kita Tuntaskan Sampai Juara

Menurut dia, harga yang stagnan itu disebabkan peredaran daging impor. Bahkan, peredarannya merata di seluruh pasar basah di Jatim.

’’Secara normatif, daging sapi maupun kerbau impor memang dilarang masuk Jatim,’’ jelasnya.

Karena itu, perlu kembali ditegaskan soal pelarangan tersebut. Sebab, peredaran daging impor secara jangka pendek maupun panjang tidak bisa menumbuhkan perekonomian daerah, terutama dari sisi nilai tambah.

Harga daging sapi lokal bertahan Rp 105.000–110.000 per kg. Sementara itu, harga jual daging impor bervariasi, mulai Rp 60.000–80.000 per kg.

’’Bagi pedagang, keuntungan jual daging impor juga lebih besar,’’ tandasnya. Nah, dengan kondisi demikian, harga daging sapi lokal sulit melakukan penyesuaian.

Daging impor itu masuk melalui berbagai jalur. Ada yang melalui Jakarta langsung ke Surabaya, ada pula yang dari Jateng ke Jatim.

Tidak hanya itu, sejak daging impor masuk, permintaan daging lokal turun.

Dia memperkirakan, ada penurunan permintaan daging lokal 20–25 persen. Sangat mungkin, ada yang beralih membeli daging impor. (res/c16/agm/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Periksa Kesiapan Pesawat Pesanan, Petinggi AU Filipina Sambangi PTDI


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler