jpnn.com, BATAM - Para pedagang ponsel black market (BM) maupun ponsel bekas asal Singapura di Kota Batam, Kepulauan Riau, saat ini tengah tiarap setelah tim gabungan gencar menggelar razia belakangan ini.
Pantauan Batam Pos di kawasan Batamkota, Seipanas serta Nagoya dan Penuin, para pedagang tidak lagi terang-terangan menjajakan ponsel BM tersebut di konternya.
BACA JUGA: Silakan Ucapkan Selamat Tinggal pada 200 Ponsel yang Dibuang ke Akuarium
Mereka kini hanya menawarkan ponsel baru produk Tiongkok yang berlisensi resmi. Sedangkan penjualan ponsel BM dialihkan melalui media sosial.
Apabila ada pemesan yang minta dikirim dalam jumlah besar keluar wilayah provinsi lainnya, pemilik konter dengan mudah mengirimkannya melalui jasa titipan tertentu. Tarif pengirimannya juga murah. Hanya dikenakan Rp 50 ribu per ponselnya, misalnya tujuan ke Yogja.
BACA JUGA: Jangan Bawa Ponsel ke Kamar Mandi, Ini Alasannya
Padahal dalam aturan kepabeanan, barang elektronik jenis ponsel sendiri, merupakan jenis barang elektronik yang merupakan barang terbatas untuk dikirim keluar wilayah lain.
Pada aturan kepabeanan, pengiriman ponsel eks Singapura itu maksimal hanya boleh membawa satu orang dua ponsel saja. Selebihnya apabila didapati oleh Bea Cukai, barang tersebut mustahil bisa lolos dan akan disita.
BACA JUGA: Julie Estelle Cicipi 2 Hari tanpa Ponsel, Bagaimana Rasanya?
Namun untuk pemain atau penjual ponsel bekas eks Singapura dan ponsel BM, seakan aturan itu bisa dikesampingkannya dan barang bisa terkirim meski dalam jumlah besar.
Pada Permendag Nomor 17 Tahun 2018. tentang ketentuan impor barang modal dalam keadaan tidak baru atau bekas seolah tak berpengaruh di Batam terhadap masuk dan beredarnya ponsel bekas eks Singapura.
Seperti misalnya pemilik konter ponsel yang berlokasi di kawasan Nagoya, Anto. Maraknya penjualan ponsel bekas eks Singapura di Batam dan ponsel BM memukul penjualan ponsel baru yang resmi dan berlisensi serta bergaransi.
"Sebenarnya itu bukan hal baru di Batam. Kami sudah lama mengeluhkan hal itu, tapi harus mengadu kemana? Kalau dibilang penjualan ponsel baru bergaransi kalah jauh peminatnya dibandingkan ponsel bekas eks Singapura atau ponsel BM di Batam, saya katakan iya. Penyebabnya karena ada ketimpangan atau disparitas soal harga ponsel bekas eks Singapura yang lebih murah dibandingkan dengan ponsel baru bergaransi," ujar Anto.
Hal yang sama juga diakui salah satu pemilik konter ponsel baru bergaransi merek Cina di Botania II, Rina.
Maraknya penjualan ponsel bekas eks Singapura dan ponsel BM, berdampak sepinya pembeli ponsel resmi bergaransi dan berlisensi.
"Mau bagaimana lagi. Masyarakat kan kebanyakan pilih yang harganya murah dengan fitur ponsel yang lengkap, tak mempertimbangkan garansinya. Kami hanya bisa pasrah saja," ujar Rina.
"Pelaku usaha ponsel bekas eks Singapura ataupun ponsel BM itu sekarang ini berani mengeluarkan modal besar merekrut tim marketing. Bahkan mereka juga memiliki tim cyber marketing yang mempromokan barang dagangannya tak hanya di Batam dan Kepri, bahkan di daerah lainnya juga dengan terang-terangan. Itu kelebihan mereka memasarkan barangnya. Justru dengan embel-embel eks Singapura itulah daya belinya jadi kuat," terangnya. (jpg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cahaya Biru dari Layar Ponsel Bisa Mengakibatkan hal ini
Redaktur & Reporter : Budi