Pegang Kampak dan Busur Panah, Merdeka! Merdeka!

Senin, 22 Agustus 2016 – 00:07 WIB
SEMANGAT KEMERDEKAAN. Foto: SEVIANTO PAKIDING/RADAR TIMIKA/JPNN.com

jpnn.com - SEMANGAT KEMERDEKAAN. Foto:  SEVIANTO PAKIDING/RADAR TIMIKA/JPNN.com

TANGGAL 17 Agustus 1945, Soekarno-Hatta mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setiap tanggal itu, masyarakat di seluruh tanah air memperingati hari kemerdekaan. Tak terkecuali di Kabupaten Mimika, Papua. 

BACA JUGA: Heroik, Penjahit Merah Putih Pertama Hadir Saat Upacara HUT RI

Sevianto Pakiding - RADAR TIMIKA/JPNN.com

Peringatakan HUT RI ke 71 tahun 2016 lalu, Pemerintah Kabupaten Mimika untuk yang pertama kali menggelar upacara pengibaran bendera di halaman Pusat Kantor Pemerintahan. 

BACA JUGA: Sabet Emas, Owi Nginap di Rumah Duta Sheila on 7

Bupati Mimika, Eltinus Omaleng, juga untuk yang pertamakali menjadi Inspektur Upacara (Irup) upacara HUT RI sejak menjadi kepala daerah 2014.

Ada yang unik pada upacara HUT RI kali. Sekitar 50-an warga Utikini Baru (SP 12), Distrik Kuala Kencana, tak ketinggalan menghadiri upacara.

BACA JUGA: Ajarkan Teknologi Penangkapan Ramah Lingkungan, Bikin Abon dan Ikan Asap

Kedatangan mereka mengundang perhatian peserta upacara lain. Bagaimana tidak, mereka datang dengan atribut perang adat, seperti panah tradisional hingga kapak. 

Semangat warga Utikini Baru ini merayakan hari kemerdekaan Indonesia, ditandai dengan nuansa Merah Putih pada atribut yang mereka bawa. Misalnya saja, pada ujung busur panah mereka diikatkan sebuah Bendera Merah Putih. 

Lima puluh warga yang terdiri dari 26 laki-laki dan 24 perempuan ini melakukan defile (parade) dan memberikan hormat kepada Inspektur Upacara dan jajaran Forkompinda. Mereka dipimpin Kepala Distrik Kuala Kencana, Evert Lukas Hindom, dan Kepala Kampung Utikini Baru, Marton Wenda.  

“Merdeka, merdeka, merdeka,” demikian teriakan lantang 50 warga Utikini Baru saat melakukan defile. 

Menurut Kepala Kampung Utikini Baru, Marton Wenda, pakaian adat bukan hanya digunakan untuk kegiatan adat saja. Begitupun masyarakat Papua di Timika, yang mencoba untuk merayakan hari kemerdekaan dengan budaya dan cara mereka sendiri. 

“Beginilah cara mereka berpartisipasi dalam peringatan hari kemerdekaan. Mereka merasa memiliki untuk mau mendukung dan ikut upacara hari kemerdekaan Indonesia dengan pakaian adat,” kata Wenda saat berbincang-bincang dengan Radar Timika (Jawa Pos Group) sebelum upacara dimulai, Rabu (17/8).

Di benak masyarakat Papua, kata Wenda, mereka kadang menganggap upacara HUT RI itu merupakan kegiatan pemerintah dan TNI Polri saja. Karena itu, masyarakat ini perlu secara terus-menerus dilibatkan terutama dalam perayaan HUT RI. 

Namun bagi Wenda, masyarakat Papua melekat dengan budaya mereka sendiri. Karenanya, mereka juga bisa berpartisipasi mengisi hari kemerdekaan dengan budaya dan cara mereka sendiri. 

“Sekarang ini, tahun ini, sampai seterusnya perlu ada kegiatan pembinaan bagi mereka supaya seterusnya selalu ikuti upacara,” ujar Wenda.  

Dirinya berharap, animo dan semangat masyarakat merayakan hari kemerdekaan yang mulai tumbuh, perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Dukungan pemerintah itulah yang akan menumbuhkan nasionalisme dan masyarakat lebih merasa memiliki bangsa dan negara ini. 

“Perlu ada kelompok lalu kita bina mereka seterusnya. Perlu ada perhatian serius. Sangat penting untuk melibatkan masyarakat. Karena sebetulnya masyarakat ini ada rasa memiliki terhadap NKRI, hanya saja kurang pembinaan dan belum ada perhatian khusus pemerintah,” bebernya. (**/sam/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Prostitusi di Pembatuan, Digusur sejak 1980-an, Hingga Kini Masih Bertahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler