jpnn.com, SIAK - Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau Cabang Wilayah I sedang menelusuri oknum pejabat di instansi itu yang memengaruhi sejumlah kepala sekolah (kepsek) di Kabupaten Siak untuk ikut investasi bodong Robot Trading: Auto Trade Gold (ATG).
Dugaan banyak kepsek di Riau menjadi korban investasi bodong itu terungkap setelah polisi menangkap pendiri robot trading ATG Wahyu Saptian Dyfrig alias Wahyu Kenzo, di Malang, Jawa Timur.
BACA JUGA: Istri Tersangka Kasus Investasi Robot Trading ATG Siap-Siap, Ya
"Dalam waktu dekat, saya minta keterangan dari beberapa pejabat yang ada di Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I terkait hal ini. Siapa oknum yang menggunakan pengaruhnya untuk membujuk rayu kepala sekolah," kata Kepala Cabang Disdik Riau Wilayah I Ismail, di Siak, Selasa (14/3).
Robot Trading ATG belakangan diketahui modus investasi bodong seusai Wahyu Kenzo ditangkap polisi di Malang.
BACA JUGA: Briptu Hendra Dipecat dari Polri, Fotonya Dicoret AKBP Tonny Kurniawan, Lihat
Sementara di Siak, ada pengakuan bahwa banyak kepala sekolah dan aparatur sipil negara (ASN) yang menjadi korban investasi bodong tersebut.
Ismail berharap para kepsek SMA/ SMK/SLB yang ada di wilayah I Disdik Riau lebih berhati-hati menerima tawaran dalam bentuk apa pun, apalagi yang sifatnya individu atau bukan kedinasan.
BACA JUGA: Bantah Kelola Robot Trading ATG, Pansaka Cuma Jual Kopi dan Skincare
Menurut Ismail, dia tidak ingin instansi Disdik Cabang Wilayah I yang dipimpinnya rusak akibat pengaruh investasi bodong.
Oleh karena itu, Ismail akan memanggil jajaran pejabat di instansinya untuk mengklarifikasi perihal kasus itu dalam waktu dekat.
Menjawab munculnya pengakuan korban banyak pihak yang mempersepsikan dirinya bermain dan memengaruhi kepala sekolah, Ismail membantah.
"Yang jelas, oknum pejabat yang dimaksud bukan saya, karena saya bukan 'leader atau anggota Robot Trading ATG," tegasnya.
Kepala SMAN 1 Kandis Edy Suherman sebelumnya mengaku menjadi korban investasi bodong Robot Trading ATG.
Dia bahkan sudah mengeluarkan uang puluhan juta rupiah untuk investasi dengan harapan cepat menguntungkan.
Edy mengaku mendaftar karena bujuk rayu oknum pejabat di Dinas Pendidikan Riau Cabang Wilayah I meliputi Siak, Meranti, dan Pelalawan.
Dia menyebut oknum tersebut banyak memengaruhi kepsek agar menginvestasikan uangnya di robot trading. Namun, Edy enggan memberikan penjelasan rinci siapa orangnya.
"Ya, sampai sekarang saya memang belum pernah ambil ('withdraw'),” ujar Edy.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam