Pekikan Allahhu Akbar Terus Terdengar Sebelum Pompong Tenggelam

Senin, 22 Agustus 2016 – 04:19 WIB
Petugas tim penyelamat bersiap mencari korban tenggelamnya pompong di perairan Tanjungpinang, Kepri, Minggu (21/8). Foto: Yusnadi/Batam Pos/jpg

jpnn.com - TANJUNGPINANG - Sebuah kapal kayu jenis pompong tujuan Pulau Penyengat yang membawa 17 penumpang karam di depan perairan Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Minggu (21/8) sekitar pukul 09.00. 

Dari belasan korban tersebut hanya dua orang dinyatakan selamat. Sedangkan 10 orang ditemukan sudah tak bernyawa, dan 5 orang lagi belum ditemukan. Saat pompong tenggelam, terdengar pekik takbir menggema dari para penumpang.

BACA JUGA: Diseruduk Angkot, Pedagang Bubur itu Tewas Jatuh ke Kali

Pagi sekitar pukul 08.30 pagi, sejumlah penumpang membeli tiket pompong di Pelantar Penyengat, Tanjungpinang dengan tujuan ke Pulau Penyengat. Sebelum berangkat, beberapa orang penumpang telah menanyakan kondisi air di laut, apakah laut tenang atau tidak, sebab langit terlihat mendung.

“Kita lihat langit sudah gelap, memang sebelumnya belum hujan,” tutur Resti Rindasari (26), korban selamat yang dirawat di RSUD Kota Tanjungpinang seperti diberitakan batampos (Jawa Pos Group) hari ini (22/8).

BACA JUGA: Begini Cara Pemprov Cegah Kebakaran Hutan

Pompong berukuran 7 meter kali 1,5 meter itu akhirnya berangkat meninggalkan dermaga Pelantar Penyengat, Tanjungpinang menuju ke Pelabuhan Pulau Penyengat dengan dinaiki 17 orang penumpang.

Di tengah perjalanan, cuaca memburuk. Langit yang awalnya mendung, langsung hujan deras dan disertai angin kencang. Karena itu, tekong pompong Said Umarullah menurunkan terpal sebelah kanan pompong agar penumpang  tidak basah.

BACA JUGA: Ayo Dipilih, 4 Nama Untuk Bandara Baru

Keadaan makin mencekam. Mesin tempel pompong itu, tiba-tiba mati. Penumpang pompong mulai panik. Kepanikan itu berusaha diredam oleh Said.

“Tidak apa-apa, sudah biasa,” kata Ayin, demikian dia biasa disapa menirukan suara tekong pompong. Kepanikan makin menjadi, sebab lambung pompong bocor. Air laut masuk dari bawah pompong, dan ketinggian air sudah setinggi betis orang dewasa.

Saat itu, sejumlah penumpang sudah tidak dapat lagi menyembunyikan kepanikan. Beberapa orang penumpang menangis dan berteriak histeris karena pompong sudah akan tenggelam, sebagian lagi berpekik Allahhu Akbar.

“Sudah macam-macamlah mas, mulai teriak, menangis, sampai ada yang berpekik Allahhu Akbar. Tapi, tekong pompong masih saja bilang jangan panik, kami diminta untuk memegang pompong kuat-kuat. Saya sendiri telepon abang saya, minta tolong karena kapal mau tenggelam,” ceritanya.

Saat itu, pompong sudah miring ke kanan. Di saat bersamaan, angin datang dari barat daya dan berhembus kencang sehingga membalikkan  pompong. “Saya dengar sepintas teriakan Allahu Akbar, Allahhu Akbar, Allahhu Akbar. Tak sampai 5 menit sejak mesin kami mati, kapal miring ke kanan lalu tenggelam,” kata dia.

Ketika kapal karam, penumpang yang terperangkap di dalam dan ikut tenggelam berebut untuk keluar melalui celah sebelah kiri pompong.

“Saya orang ketiga di dalam pompong yang terperangkap itu. Pas mau keluar, saya menarik seorang bapak-bapak agar dapat keluar, sebab pompong itu sangat sempit,” kata dia.

Begitu keluar dari pompong, dia melihat kapal  melintas di dekat lokasi. Petugas dari atas kapal itu melempar pelampung, hanya beberapa orang saja yang meraih pelampungnya. 

“Saya melihat seorang laki-laki sudah di atas perut pompong, sedangkan seorang perempuan berhasil meraih pelampung itu. Saya cuma terombang-ambing ke sana kemarin terhanyut ombak,” katanya.

Saat itu, sejumlah penumpang sudah lemas, bahkan sudah terbawa arus ombak laut. “Ini kuasa Allah bang, saya berenang ikut arah gelombang, karena saya pikir gelombang pasti menuju ke pantai,” jelasnya.

Wanita bertubuh tambun itu saat ini tergolek lemas di ruang Mawar No.15 dengan penjagaan pihak Kepolisian untuk dimintai keterangan terkait karamnya pompong wisata pulau penyengat. 

“Saya mohon kerjasamanya ya mas-mas media, sementara keluar dulu, biar kami selesaikan tugas kami,” ujar salah seorang anggota kepolisian Tanjungpinang.

Nahkoda MV Oceana 13, Mahmud membeberkan, saat kapalnya dari Batam ke Tanjungpinang berada  perairan Tanjungpinang-Penyengat, ia melihat ada penumpang yang melambaikan tangan di tengah laut.

“Kita lihat ada dua penumpang yang melambaikan tangan. Kami terus mendekat. Tapi takut kapal kandas, satu penumpang yang tenggelam kita kasih pelampung,” kata Mahmud, kemarin.

Mahmud yakin, penumpang yang dikasih pelambung, postur tubuhnya besar dan jenis perempuan dipastikan selamat. Dan, dua penumpang yang berpegangan dengan kapal yang karam, juga di pastikan selamat.

“Kalau pakai pelampung saya yakin selamat. Dua yang memang di kapal yang karam, saya juga merasa selamat, karena kapal lama-lama menepi di darat, karena terbawa angin dan ombak,” tegasnya. 

Tak lama, setelah memberikan pelambung kepada salah satu penumpang, tim dan masyarakat mulai mencari para korban yang tenggelam.

“Anginnya kencang disertai hujan dan  ombak besar secara tiba-tiba datang,” tegasnya.(fre/dlp/ais/noc/cr33/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Iming-iming Kelola Rp 1 Miliar, Pilkades Bakal Seru


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler