BACA JUGA: Rezim Assad Bunuh Dua Ribu Sipil
Sebab, persidangan mantan penguasa di negeri sendiri tak pernah terjadi sebelumnya di Jazirah Arab.Zine El Abidine Ben Ali, eks presiden Tunisia yang jatuh gara-gara Revolusi Melati pada 14 Januari lalu, tidak menjalani sidang di negerinya
BACA JUGA: Badai Nock-ten Renggut 13 Nyawa
Sidang pun berjalan tanpa kehadirannyaEvan Hill, jurnalis Al Jazeera English dari San Francisco, AS, menilai bahwa nasib Mubarak tak berbeda jauh dengan almarhum Saddam Hussein
BACA JUGA: Anak Bungsu Kadhafi Juga Disebutkan Tewas
Pria yang menjadi presiden dan diktator di Iraq selama 24 tahun itu menjalani sidang dan dieksekusi di negerinya sendiriTetapi, Saddam ditangkap setelah AS menginvasi IraqTidak seperti Mubarak yang digulingkan oleh rakyatnya sendiri."Biasanya, para penguasa tiran Arab lengser lewat pergolakan, seperti revolusi di Tunisia dan MesirTetapi, jarang ada yang disidang seperti MubarakLazimnya, mereka kabur seperti Ben Ali atau mati di tangan oposisi," ujar Hill yang juga pendiri situs berita dan analisis politik Timur Tengah, The Majlis, tersebut.
Pengadilan atas Mubarak dan episode hukum yang mendahului sidang pertama pada Rabu lalu (3/8) itu tidak pernah terjadi di Mesir atau wilayah Arab lain sebelumnya"Sejarah Arab modern belum pernah menulis peristiwa seperti yang dialami MubarakSeorang pemimpin yang lengser karena revolusi sipil menjalani sidang secara terbuka untuk umum," lanjut Hill seperti dilansir Al Jazeera.
Dalam sidang perdananya, Mubarak tak tampil sendirianDua putranya, Gamal dan Alaa, serta mantan Menteri Dalam Negeri Habib el-Adly dan enam petinggi polisi mendampinginya di kursi terdakwaBerbeda dengan sembilan terdakwa lainnya, Mubarak menjalani sidang sambil tergolek di pembaringanNamun, pada akhir persidangan, dia dengan tegas membantah semua dakwaan.
Bagi warga Mesir, penampilan Mubarak dalam sidang yang disiarkan langsung stasiun televisi itu merupakan bentuk apresiasi tertinggi terhadap revolusi yang mereka perjuangkan awal tahun iniTetapi, bagi masyarakat Arab dan Timur Tengah, persidangan terbuka pemimpin tiran itu menjadi pelajaran berharga"(Sidang) itu akan menjadi contoh bagi para pemimpin otoriter di Jazirah Arab yang sengaja mengabaikan seruan rakyat soal perubahan," ungkap jurnalis berdarah Iran-Amerika Farnaz Fassihi dalam artikelnya pada The Wall Street Journal Kamis lalu (4/8).
Penulis memoar Perang Iraq, Waiting for An Ordinary Day, itu secara khusus menunjuk Libya, Syria, dan Yaman yang kini sedang berkonflik dengan rakyatnya dan oposisiTidak mustahil pemimpin Libya Muammar Kadhafi, Presiden Bashar al-Assad, dan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mengalami nasib sama.
Tetapi, wajah kuyu Mubarak dan fakta bahwa dia tidak bisa bangkit dari tempat tidur saat sidang juga bisa mengirimkan sinyal negatif kepada para diktator Arab"Mungkin saja, saat ini, para diktator Arab sedang merumuskan formula untuk tetap bertahan di pemerintahanSebab, jika mereka menyerah atau ditangkap, nasib mereka tak akan berbeda jauh dengan Mubarak," kata pengamat politik Jihad Zein.
Kolumnis di harian An Nahar itu yakin, persidangan Mubarak justru akan membuat para diktator Arab semakin ngotot bertahanTanpa diketahui alasannya, pemerintah Syria tidak menyiarkan sidang perdana Mubarak lewat stasiun televisi resmiPresiden Bashar al-Assad pun tak mengendurkan represi terhadap oposisi.
Tetapi, para aktivis Syria di luar negeri yang menyaksikan jalannya sidang optimistis Assad akan bernasib sama"Tinggal menghitung hariSuatu saat nanti, presiden yang menjebloskan saya dan teman-teman di penjara selama bertahun-tahun itu akan berakhir sama," papar Omar Muqdad, aktivis Syria yang pernah menjadi tahanan politik dan kini menetap di Turki.
Aktivis Bahrain juga yakin, cepat atau lambat, rezim tiran di negerinya akan berurusan dengan hukumMeski sempat bergolak pasca Revolusi Melati di Tunisia, pemerintah monarki Bahrain bisa meredam gejolak di dalam negeriPemerintah akhirnya berdamai dengan rakyat yang dimotori oposisi.
Jika nanti Mubarak dan dua anaknya dinyatakan bersalah, baik atas dakwaan korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan, warga Arab akan mendapat lebih banyak pelajaran"Setidaknya, para pemimpin Arab berikut akan berpikir ulang sebelum melibatkan keluarganya di pemerintahanMereka tak akan lagi menganggap kekayaan negara sebagai harta pribadi mereka," pungkas Fassihi(WSJ/Aljazeera/hep/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yingluck Diuji Kembalikan Stabilitas Thailand
Redaktur : Tim Redaksi