Pernyataan tersebut dikeluarkan di tengah berlanjutnya serangan militer Syria di pusat perlawanan rakyat di Kota Hama
BACA JUGA: Badai Nock-ten Renggut 13 Nyawa
Dalam serangan tersebut dilaporkan puluhan orang tewas.Clinton mengulang pernyataannya sebelumnya bahwa AS yakin bahwa Assad telah kehilangan legitimasi di Syria
"Kami yakin, hingga hari ini, pemerintah (Syria) bertanggung jawab atas kematian lebih dari 2.000 orang dari berbagai golongan umur," tandasnya.
Dia menambahkan, AS bersama sekutunya terus mengupayakan tekanan lebih keras memperkuat tekanan kepada Syria dengan memberikan tambahan sanksi serta memasukkan sejumlah tokoh penting dalam daftar hitam.
Penduduk Kota Hama menyatakan, penembak jitu dan tank menembaki warga sipil
BACA JUGA: Anak Bungsu Kadhafi Juga Disebutkan Tewas
Sementara stok makanan dan obat-obatan semakin menyusut.Puluhan orang diyakini tewas dalam operasi militer lima hari terakhir di Hama
Sejumlah aktivis menyatakan, lebih dari 30 lainnya tewas di Hama, Rabu malam, dalam aksi setelah salat tarawih
BACA JUGA: Yingluck Diuji Kembalikan Stabilitas Thailand
Seorang penduduk Hama yang berhasil melarikan diri dari Hama, kepada BBC mengungkapkan, situasi kota tersebut seperti medan perang."Seperti terjadi di jalur GazaSeperti desa-desa di Iraq ketika militer AS menginvasi negara tersebutYa seperti itulah faktanya," tuturnyaDia menambahkan, artileri menembaki bangunan dan penembak jitu menembak siapapun yang mereka lihat di jalanan.
Seorang penduduk lain mengisahkan, beberapa orang dibantai seperti kambing saat mereka berjalan di jalan"Saya melihat dengan mata saya sendiri, seorang bocah laki-laki yang mengendarai sepeda motor membawa sayuran ditabrak sebuah tank," terang pria tersebut kepada Associated Press.
Semua data tersebut tidak bisa dikonfirmasi dengan jelas, karena pemerintah setempat melarang wartawan asing meliput kondisi yang terjadi di SyriaDalam kekacauan itu, para aktivis tak mengindahkan keputusan pemerintah mengeluarkan dekrit yang membuka peluang berdirinya partai politik baruPeraturan tersebut sudah berlaku sejak berpuluh tahun selama Partai Baath berkuasa.
Politik multi partai merupakan tuntutan kunci para demonstran sejak Maret laluSetelah mengalami represi militer, tuntutan mereka meningkat menjadi melengserkan rezim berkuasa.
Aktivis dan analis meyakini Assad tak serius dengan kebijakannya itu"Rezim Assad tidak serius dengan transformasi dari partai dominan menjadi demokrasi dan pluralismeIni hanyalah upaya untuk memperbaiki citranya," ujar seorang pengacara HAM ternama Anwar al-Bunni.
Assad juga mulai ditinggalkan sekutu dekatnyaPresident Rusia Dmitry Medvedev, sekutu dekat Syria menyatakan, Assad akan menghadapi "kenyataan pahit" jika tidak segera melakukan reformasi dan rekonsiliasi dengan oposisi.
Sejumlah negara Eropa memperluas sanksi terhadap Syria dengan menambahkan sejumlah nama dalam daftar hitam bersama Presiden Assad dan 34 tokoh lainnya, terkait dengan militerMereka juga mengancam akan menarget industri minyak dan bank dalam penjatuhan sanksi berikutnya.
Departemen Keuangan AS telah membekukan aset milik Mohammad Hamsho dan perusahaannya, Hamsho International GroupOtoritas keuangan tersebut juga melarang entitas bisnis AS berhubungan dengan perusahaan tersebut.
Menurut pemerintah AS, Hamsho adalah salah seorang pengusaha top Syria yang bergerak di sejumlah sektor dan rekan bisnis adik Assad, MaherNah, Maher inilah yang mengomandani pasukan elite Syria, Divisi IV, yang diyakini melakukan pembantaian kepada ratusan penduduk sipil.
Kekerasan yang diciptakan militer Syria justru menambah semangat para demonstran untuk terus melawanMelalui kampanye online, aktivis menyerukan agar rakyat Syria kembali turun ke jalan, setelah salat Jumat di pekan pertama Bulan Ramadan.
"Tuhan bersama kita, apakah Anda juga?" tulis seruan demonstrasi yang diunggah para pegiat melalui Facebook(cak/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DK PBB Resmi Kutuk Rezim Assad
Redaktur : Tim Redaksi