jpnn.com, UTRECHT - Tujuh jam pengejaran pelaku penembakan di stasiun trem Utrecht membuahkan hasil. Otoritas Belanda berhasil menggiring Gokmen Tanis ke kantor polisi. Namun, belum diketahui secara pasti motif serangan dari pria keturunan Turki itu.
National Counter-Terrorism Agency Belanda langsung menurunkan level ancaman di Utrecht setelah Tanis tertangkap Senin malam (18/3). Kemarin, Selasa (19/3) aparat kembali mengumumkan penangkapan dua pelaku lain terkait peristiwa di Distrik Kanaleneiland itu. Identitas keduanya belum diungkap.
BACA JUGA: PM Belanda: Ini Serangan terhadap Masyarakat Toleran
Meski telah menangkap tiga tersangka dan mendapatkan petunjuk, pihak berwenang belum bisa memastikan aksi Gokmen termasuk kategori terorisme. "Sampai saat ini kami masih menduga motif pelaku adalah terorisme." Begitu pernyataan Kejaksaan Belanda menurut Reuters.
Namun, keluarga Tanis sempat angkat bicara. Mahmut Tanis, sang paman, meragukan bahwa aksi keponakannya dilandasi paham radikal. Pria yang juga tinggal di Belanda itu menilai, Gokmen lebih terpancing untuk bertindak karena sakit hati atau karena urusan keluarga.
BACA JUGA: Kisah Heroik Abdul Aziz Nekat Melawan Peneror Masjid Selandia Baru
"Kalau melihat kondisi keponakan saya, kemungkinan serangannya sebagai aksi teroris rendah," ungkapnya kepada Anadolu Agency.
Mehmet Tanis, ayah Gokmen, menegaskan bahwa dirinya tidak akan melindungi sang anak. Mehmet yang tinggal di Provinsi Kayseri, Turki, mengaku tidak pernah lagi berbicara dengan anaknya selama 11 tahun terakhir.
BACA JUGA: Polisi Buru Pria Turki terkait Penembakan di Trem Belanda
"Kalau dia melakukan itu, dia harus menghadapi hukuman yang setimpal," tegasnya seperti dilansir Associated Press.
Keraguan terkait motif Gokmen juga datang dari Angelique, korban pemerkosaan pelaku yang terjadi pada 2017. Menurut dia, pria 37 tahun itu adalah pecandu yang sering melakukan tindak kriminal.
Saat ini Gokmen masih menjalani persidangan kasus pemerkosaan yang bakal dilanjutkan musim panas nanti. "Dia bukan teroris, tapi seorang psikopat," ujar perempuan 47 tahun itu kepada BBC.
Spekulasi itu diperkuat Dan Molenaar, seorang saksi di TKP. Kepada NOS, dia mengatakan bahwa Gokmen mengincar seorang perempuan. Perempuan itu terjatuh dan beberapa orang berusaha menolongnya berdiri.
"Kelihatannya, dia ingin menyerang perempuan itu atau salah satu orang yang sedang menolongnya," ujar Molenaar.
Beberapa laporan menyatakan bahwa Gokmen punya banyak permasalahan. Mulai pernikahan yang hancur sampai kasus pencurian sepeda. Tetangga rumahnya mengatakan, Gokmen jarang pergi ke masjid.
"Dia hanya anak yang tersesat dengan otak sekecil udang," ujar salah satu tetangga yang menolak disebut namanya kepada De Volkskrant.
Meski demikian, aparat tidak bisa menghilangkan kecurigaan terkait aksi terorisme. Kertas catatan yang ditemukan di mobil Renault Clio menguatkan dugaan itu. Kejaksaan juga menegaskan bahwa mereka tidak menemukan hubungan antara korban jiwa dan Gokmen.
Menurut NL Times, ketiga korban memang punya latar belakang berbeda. Korban perempuan yang meninggal adalah Roos Verschuur. Perempuan 19 tahun itu merupakan warga Vianen yang bekerja sebagai pelayan di cabang Kafe Kwalitaria Delifrance.
"Dia baru berumur 19 tahun. Kami tak bisa mengatakan apa-apa," ujar jubir Franchise Friendly Concept, pengelola seluruh jaringan Kwalitaria. (bil/c6/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Atta Halilintar Sebut Pelaku Teror Selandia Baru adalah Biadab
Redaktur & Reporter : Adil