Pelaku Usaha Ultra Mikro Dibidik Naik Kelas via Program UMi

Selasa, 26 Oktober 2021 – 20:49 WIB
PIP memiliki program Inkubasi Ultra Mikro bagi pelaku usaha yang kesulitan modal mejadi jalan keluar untuk mereka naik kelas. Foto: Arry Saputra/JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Program Inkubasi Ultra Mikro (UMi) dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) sudah dirasakan oleh pelaku-pelaku usaha kecil yang merintis dari nol.

Apalagi disaat kondisi pandemi Covid-19 mereka terbantu dengan bantuan pinjaman modal dari PIP tersebut.

BACA JUGA: Jurus BRI Genjot Pengembangan Bisnis Mikro dan Ultra Mikro

Program itu akan dilakukan selama 3-4 bulan dan akan diikuti oleh 55 debitur.

PIP sendiri menggandeng dua lembaga yaitu Pusat Inkubator Bisnis Orange Universitas Padjajaran, Jawa Barat, dan Badan Inovasi dan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya (BIIW-UB), Jawa Timur.

BACA JUGA: Rights issue Holding Ultra Mikro Bikin Kapitalisasi Pasar BBRI Pecar Rekor Baru

Dirut PIP Ririn Kardiyah menjelaskan pihaknyamemberikan modal dan pendampingan kepada para pelaku usaha ultra mikro.

Selama ini, kelemahan pelaku usaha kecil belum bisa membedakan uang modal dan uang kebutuhan sehari-hari. Pada akhirnya, kata Ririn, tergerus kebutuhan konsumtif dan akhirnya tidak bisa membeli bahan modal.

BACA JUGA: BUMN Ultra Mikro Diharapkan Mendongkrak Pembiayaan UMKM

"Kami fokus ke penasaran dan manajemen keuangan usahanya. Penekananya harus bisa mengelola uang modal usaha dan konsumsi," kata Ririn via zoom, Selasa (26/10).

"Untung ditabung untuk aset atau tambahan modal lagi," imbuh dia.

Salah satunya sudah dirasakan oleh pengusaha kuliner di Majalengka, Jawa Barat Nonoy dengan Surabi Jayanya.

Nonoy awalnya mencoba berjualan di depan rumahnya dan para tetangga yang membeli mengaku enak dengan jajanan tradisional buatannya. Dia akhirnya pengin memasarkannya lebih banyak.

"Ada teman saya yang ngasih tahu, karena kesulitan modal. Terus coba aja pinjam dapat dan jualan di tempat baru. Awalnya jualan empat sampai enam kilogram, alhamdulillah sekarang sepuluh kilogram," ujar dia.

Nonoy saat itu mendapat pinjaman atau modal sebesar Rp 3 juta. Dia juga mendapat pelatihan dan pendampingan UMi.

"Yang saya dapatkan pembukuan, cara pemasaran produk melalui media sosial, dan tampilannya," ungkap dia.

Hal serupa juga dirasakan Rahmat Erni Efendi yang memiliki usaha printing dan souvenir. Dia mendapatkan pinjaman senilai Rp 5 juta untuk memulai usahanya.

"Awalnya enggak ada rencana, tetapi ada peluang kami kerjakan dengan modal pinjaman itu. Dulu dimulai dari nol dan sekarang sudah bisa punya alat printer, komputer buat desain, dan lain lain," ungkapnya.

Menjadi peserta inkubasi, UMi sangat diuntungkan karena bisa mengelola keuangannya saat ini.

"Saya dapat ilmu bagaimana mengatur keuangan, karena kami pinjam dulu modalnya. Uang modal harus kembali, tertib di keuangannya," kata dia.

Usahanya tersebut melayani mulai perorangan, hingga perusahaan dalam jumlah besar.

"Biasanya souvenir wedding, banner atau apa pun yang diminta pelanggan kalau bisa kami kerjakan ya digarap. Kami tidak menolak rejeki," ujar Erni. (mcr12/jpnn)


Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Arry Saputra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler