jpnn.com - TEMANGGUNG - Jajaran Polres Temanggung melakukan penggerebekan terhadap sedikitnya 38 orang dari Jamaah Ansorut Syarih (JAS) yang tengah melakukan kegiatan pelatihan semi militer di Gunung Sumbing Temanggung.
Penangkapan dilakukan oleh jajajaran Polres Temanggung beserta tim Brimob Polda Jateng di rumah Suparlan,33,Dukuh Jambon Desa Gandurejo, Kecamatan Bulu, Temanggung, Jumat (19/2) malam sekitar pukul 23.00 WIB.
BACA JUGA: Rayakan Perceraian, ke Diskotek Kantor Malah Tewas
Lokasi Penangkapan (tempat transit) jaraknya sekitar 10 kilo meter dari Gunung Sumbing yang dijadikan tempat latihan.
Info yang dihimpun Jawa Pos, Jumat Pagi sekitar pukul 08.30 WIB di Dusun Jambon, Gandurejo, Bulu, Temanggung telah berangkat sekitar 38 anggota JAS (peserta pelatihan) menuju daerah latihan lereng Gunung Sumbing.
BACA JUGA: Guru PPKN se-Jatim Tolak LGBT
Para peserta tersebut berasal dari berbagai daerah; Semarang, Kendal. Karangayar, Sukoharjo, Solo, Wonosobo, Temanggung. Para peserta disertai segenap perlengkapan. Seperti membawa sepatu PDL, celana hitam PDL, kaos JAS (almamater), rangsel punggung dan alas tidur.
Rombongan dari Solo menggunakan Ambulance Nopol AD 8921 SH, Suzuki Carry Nopol AD 9122 NF diparkir di rumah Suparlan, Dusun Jambon, Gandurejo, Bulu. Sebelum penggrebekan malam hari, Sore harinya pada pukul 16.00 WIB rumah Suparlan (tempat parkir ambulance dan carry rombongan dari Solo) juga dilakukan penggrebekan oleh Polres Temanggung. dari penggrebekan itu, berhasil mengamankan 5 pucuk senapan angin, 3 buah sangkur dan 1 tas yang berisi buku dan berdera lambang keagamaan serta mengamankan Miftah, 15, warga setempat yang bertugas menjaga mobil.
BACA JUGA: Bocah 5 Tahun Itu Punya 2 Kelamin..Saat Kencing, Sakit
Wakaden Brimob A Pelopor Satbrimob Polda Jateng Kompol Jodi Setyo Margono menuturkan pihaknya menerjunkan 2 kompi atau 60 anggota dalam penyisiran lokasi tersebut. “Kami, Jumat malam pukul 22.00 datang untuk melakukan evakuasi,” paparnya.
Kapolres Temanggung AKBP Wahyu Wim Harjanto menyatakan, berdasarkan informasi dari masyarakat, di wilayah tersebut ada kegiatan yang tidak lazim, baik dari segi waktu, di tempat tersembunyi (di tempat tidak semestinya), mencurikan dan juga tidak mengantongi ijin.
Dari laporan warga tersebut, kita melakukan pelacakan ke lokasi, ternyata memang ada aktivitas di sana kegiatan ala militer.
“Kita tadi malam (kemarin malam) melakukan penggebrekan di rumah Pak Parlan (transit kegiatan). Dalam penangkapan itu, kita berhasil amankan 38 orang untuk kita mintai keterangan,” papar Kapolres dihadapan awak media.
Ketika disinggung apakah pelatihan itu terkait aksi terrorisme. Kapolres mengaku belum bisa menyimpulkan apakah kegiatan tersebut merupakan aksi teroris. “Sekarang masih kita periksa, tunggu saja informasi berikutnya,” ucap Kapolres.
Kepala Desa (Kades) Gandurejo Komaruddin mengaku, bahwa warga desanya memang banyak terlibat kelompok keagamaan tertentu yang radikal. Meteka kerap menggelar kegiatan pengajian di wilayahnya, sudah bertahun-tahun kegiatanya berjalan.
“Saya juga sudah melaporkan hal itu kepada yang berwajib. Karena beberapa warga ada yang mengeluhkan dan resah denagn aktivitas tersebut,” aku Komaruddin.
Dikatakan lebih lanjut oleh Komarudin, warga desanya yang terlibat kelompok tersebut, setiap ada pemilihan umum (Pemilu) tidak mau menggunakan hak pilihnya alias golput. “Warga kami yang mengikuti jamaah tersebut sekitar 400 warga,” bebernya.
Sementara itu, Humas Jamaah Ansorut Syarih (JAS) Hendro Sudarsono menampik jika kegiatanya dianggap mencurigakan atau mengarah terorisme. Kita ini sedang menggelar latihan SAR, kegitan kami murni untuk kemanusiaan. Ia pun berujar, bahwa di Indonesia utamanya Jawa Tengah rawan terjadi bencana.
“Jadi, kegiatan kami ini untuk menyiapkan tenaga kepanduaan, siap melakukan evakuasi jika terjadi bencana,” bebernya.
Atas peristiwa, kemarin sore (20/2) rombongan dari Fron Pembela Islam (FPI) Jawa Tengah mendatangi Polres Temanggung. Rombongan yang dipimpin Ketua FPI Jawa Tengah Ustadz Sihabuddin ingin mengkalarifikasi lebih lanjut penangkapan tersebut. Koordinator advokasi FPI Jawa Tengah Zaianal Petir menuturkan, jangan mudah menyimpulkan kegiatan ormas islam dianggap teroris.
Belum apa-apa sudah ditangkap, dicrugai. Kasihan umat islam. “Kami (FPI Jawa Tengah, red) meminta kepada pihak keplisian untuk lebih cermat lagi dalam menjalankan tugas. Jangan mudah menangkap orang yang belum tentu terlibat aksi teroris,” ungkapnya. (san)
BACA ARTIKEL LAINNYA... TERUNGKAP: Proyek Aspirasi Jadi Bancakan Anggota Dewan
Redaktur : Tim Redaksi