jpnn.com, BATAM - Pelayanan medis poli rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah Batam di Batuaji kembali normal, Rabu (16/8).
Dokter umum ataupun spesialis yang sebelumnya melakukan aksi mogok kerja telah kembali kerja seperti biasa. Ratusan pasienpun kembali berjubel di rumah sakit milik pemerintah itu.
BACA JUGA: Anggaran Dipangkas Banyak Program Batal Dibangun
Kondisi tersebut sangat berbeda dengan dua hari sebelumnya, yang mana lantai dua gedung RSUD sebagai pusat layanan poli rawat jalan sepi pengunjung atau pasien.
Itu karena dokter yang bertugas di poli-poli tersebut melakukan aksi mogok kerja sejak Senin (14/8) hingga Selasa (15/8) siang. Para dokter mogok kerja untuk menuntut hak jasa medis atau renumerasi mereka yang belum dibayar setahun belakangan ini.
BACA JUGA: Banyak Pasien Kecewa dan Pulang dari RSUD Batam, Ternyata Ini Penyebabnya
Pantauan di lapangan, suasana poli rawat jalan kembali ramai sepanjang hari kemarin. Semua poli rawat jalan yang ada sudah buka normal. Dokter ataupun petugas medis lainnya juga terlihat kembali sibuk melayani pasien.
Pasien yang dua hari sebelumnya tak bisa mendapat pelayanan medis di poli-poli rawat jalan tersebut sudah bisa legah. Kecemasan mereka akan tutupnya poli rawat jalan sudah tak terjadi lagi. Ada ratusan pasien yang terpantau berjubel di poli-poli rawat jalan tersebut.
BACA JUGA: Dokter RSUD Mogok, Ketua IDI: Itu Melanggar Kode Etik
Poli penyakit kulit misalkan, terpantau ada sekitar 40 an pasien yang antre sejak pagi kemarin. Membludaknya pasien di poli kulit tersebut karena memang dua hari sebelumnya poli tersebut tutup.
Warga yang sebelumnya tertunda untuk berobat, tak ingin melewatkan kesempatan hari pertama dibukanya kembali poli penyekit kulit itu.
"Dua hari kemarin saya ke sini, tapi tutup. Tadi pagi saya datang lagi ternyata sudah buka. Rupanya sudah banyak yang antre mau berobat di poli kulit ini," ujar Hamza, warga Sembulang, Galang, kemarin.
Tidak saja poli kulit, poli Orthopaedi (beda tulang dan penyakit sendi), Poli Beda Digestive, Poli Napza dan Metadon, dan Poli Urologi yang sebelumnya tutup juga membludak dengan pasien sepanjang hari kemarin.
Para pasien mengaku tak mau melewatkan kesempatan itu sebab mereka kuatir besok atau lusa poli-poli tersebut kembali tutup.
"Biasanya begitu, kadang sudah datang jauh-jauh malah tutup. Kebetulan buka ya sudah antre saja sekalipun panjang," ujar Veni, warga Batamcenter antre berobat di poli Napza dan Metadon.
Direktur RSUD Embung Fatimah Batam dr Gunawan Budi Santosa menuturkan, pelayanan medis di RSUD memang tidak terkendala sejak hari pertama para dokter melakukan aksi mogok kerja.
Pelayanan medis di bagian instalasi gawat darurat (IGD) ataupun rawat inap berjalan seperti biasa. Namun karena memang ada beberapa dokter yang menuntut hak mereka, maka beberapa pelayanan poli ada yang tutup.
"Hanya beberapa saja tidak semua tutup. Itupun tidak sepanjang hari hanya pagi saja. Mulai Kemarin (Selasa, 15/8) sudah normal kok," ujar Gunawan.
Normalnya pelayanan medis di poli rawat jalan itu belum sepenuhnya menjamin bahwa aktifitas pelayanan medis di RSUD itu akan masksimal kedepannya.
Ini karena beberapa petugas dokter di rumah sakit tersebut masih mengeluhkan sejumlah persoalan. Mulai dari persoalan tunggakan renumerasi atau uang jasa medik mereka sampai dengan persoalan interen rumah sakit.
Seorang dokter umum yang tak mau namanya disebutkan mengatakan, saat ini mereka memang kembali digesa untuk melayani masyarakat sebagaimana mesti.
Namun demikian hati mereka belum begitu tenang. Dasar persoalannya memang pada uang jasa medis yang belum dibayar.
Namun faktor lain seperti ketidak terbukaan manajemen keuangan di rumah sakit tersebut memicu kecurigaan tersebut.
"Ada banyak persoalan. Uang jasa medis ini misalkan. Memang betul apa yang dikatakan pak wawako (Amsakar Achmad) sebelumnya persoalan pokoknya karena masih diaudit BPP yang berujung pada belum adanya payung hukum (pencairan uang jasa medis).
“Tapi apakah manejemen terbuka soal anggaran lain seperti obat atau kebutuhan lain dari rumah sakit diambil dari anggaran yang mana?," terang dokter tersebut.
Dengan adanya ketidak terbukaan, para dokter sebenarnya mempertanyakan apakah anggaran untuk bayar uang jasa medis mereka ada atau tidak. Mereka kuatir jika uang yang seharusnya untuk jasa medis mereka digunakan ke hal lain.
"Belum lama ini pernah pengadaan obat-obatan, kami tak tahu dari mana anggaran itu. Padahal sesuai dengan UU Kesehatan nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit daerah, kekurangan SDM dan Obat-obatan ditanggung pemerintah daerah. Kami berharap memang yang dijalan seperti itu agar tidak mengganggu anggaran untuk uang jasa medis kami ini," ujar dokter itu lagi.
Para dokter tersebut memang tidak menuding, jika manajemen RSUD sebagai BLUD bertindak sewenang-sewenang. Namun mereka berharap adanya keterbukaan sehingga pokok persoalan terkait tunggakan uang jasa medis tersebut bisa diselesaikan secara baik.
Tidak itu saja persoalan tagihan BPJS yang sebelumnya disebutkan dr Gunawan mencapai Rp 20 miliar untuk tiga bulan terakhir ini, sebenarnya masih lebih. Tagihan Rp 20 miliar disebutkan dokter tersebut bukan untuk tiga bulan belakangan tapi untuk bulan Februari ke belakang.
"Yang dari Maret sampai sekarang juga belum ada. Kalau angkanya realnya kami tak tahu, tapi kisaran Rp 19 miliar adalah," ujar sumber dokter itu lagi.
Angka tunggakan BPJS yang cukup banyak tersebut diakui para dokter berdasarkan catatan resume medis mereka sebagai bukti untuk memperoleh hak atau uang jasa medis mereka.
"Kami punya resume itu sebagai bukti untuk klaim ke BPJS. Kira-kira berapa tunggakan tentu tahu dong," ujar dokter itu lagi.
Tunggakan BPJS tersebut diakui para dokter menjadi salah satu faktor terhambatnya pembayaran uang jasa medik mereka.(eja)
BACA ARTIKEL LAINNYA... RSUD Batam Sebut BPJS Punya Utang Rp 20 Miliar, Irfan: Angka Darimana Itu?
Redaktur & Reporter : Budi