BACA JUGA: 34 Arca Koleksi Radya Pustaka Solo di Palsu
Tetapi, kotoran itu sering disebut para arkeolog sebagai patinasiBACA JUGA: Tantowi Jadi Kabid Acara Rapimnas Golkar
Para arkeolog terhenyak karena kotoran yang menempel di puluhan arca perunggu MRPS adalah patinasi baru
BACA JUGA: Terbuka, Kursi Wako-Wawako Medan
Hal tersebut diungkapkan D.SNugrahani, arkeolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), JogjakartaDia adalah salah seorang konsultan reinventarisasi koleksi MRPS beberapa waktu lalu.
''Salah satu yang membedakan arca perunggu asli dan palsu adalah adanya patinasiBiasanya pemalsu juga membuat patinasiTetapi, patinasi buatan itu pasti akan kelihatanPatinasi buatan berbeda dengan yang asli di arca tuaPatinasi di arca kuno pasti tidak merata,'' kata staf pengajar Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya UGM itu.
Selain patinasi, hal yang mengungkap arca perunggu palsu di ruang pajang koleksi perunggu MRPS adalah canonNugrahani yang juga ahli ikonografi (cabang seni sejarah yang mempelajari identifikasi, deskripsi, dan interpretasi isi gambar atau simbol) mengatakan, canon adalah pakem arca pada setiap masanyaMenurut dia, canon juga bisa diartikan sebagai ketentuan khusus untuk mengidentifikasi arca.
''Jadi ada semacam ketentuan khusus mengenai model, bentuk, dan ciri khusus di arca pada masanyaMisalnya, arca Buddha pada masa abad kesekian harus seperti iniAtau, arca Siwa harus seperti iniHanya ahli atau arkeolog yang mengerti ini,'' lanjut Nugrahani
Ditanya mengenai masa pembuatan arca-arca perunggu asli yang duplikatnya ditemukan di MRPS, Nugrahani mengatakan bahwa koleksi yang asli dibuat pada abad IV-XVI
Masih terkait canon, Nugrahani mengatakan bahwa pemalsu arca bisa saja menggunakan teknik tertentu untuk menyempurnakan duplikasi arca asliDengan mata telanjang, hasilnya pasti akan sulit dibedakan antara arca asli dan arca palsu.
''Tetapi, tetap saja bisa dilacak kepalsuannyaTentu dengan teknik tertentu pulaMisalnya, memeriksa logamnya di laboratoriumDengan langkah itu, terdeteksi usia logamnya,'' lanjutnya.
Soal asal arca perunggu palsu di MRPS, Nugrahani kemarin mengatakan belum mengetahui perajin mana yang membuat arca ituDia belum menelisik asal arca lebih jauh setelah mengikuti inventarisasiLagi pula, kata dia, bukan perkara mudah untuk melacak perajin arca tersebut.
''Setahu saya sih di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, ada banyak perajin arca perungguTapi, apakah arca itu dari sana, saya tidak tahuKalau di Jawa Tengah, saya belum tahu adakah perajin perunggunya,'' katanya.
Meski belum mengetahui asal arca perunggu palsu itu, Nugrahani meyakini bahwa arca-arca palsu di MRPS tidak dibuat oleh satu perajin sajaTapi, ada beberapa perajin arca perungguDia mendasari keyakinannya itu dengan fakta bahwa di MRPS terdapat perbedaan tipe setiap arca palsu tersebut.
Dia mengaku prihatin ketika ditanya mengenai pemalsuan arca perunggu di MRPSSebagai arkeolog, dia merasa memiliki ikatan batin dengan arca-arca ituSebab, arca-arca tersebut adalah bahan kajian ilmiah yang sangat berartiKarena itu, dia berharap agar semua pihak dapat berperan aktif melacak arca perunggu asli dan mengembalikan ke MRPS.
Dengan demikian, kata dia, arca-arca penuh sejarah itu bisa segera digunakan untuk bahan kajian ilmiahLantas, apakah Nugrahani juga bersedia membantu jika polisi memerlukan keterangan atas keahliannya?
''Ya, kalau memang diperlukan, saya akan membantuItu hal yang wajib bagi akademisi seperti sayaSebenarnya ada beberapa teman di beberapa museum di Indonesia dan luar negeri yang menawarkan bantuan untuk melacak arca perunggu itu,'' tuturnya
Seperti diberitakan, di antara 249 koleksi beragam kriya perunggu di MRPS, 85 buah berbentuk arcaSayang, 52 arca di antaranya dinyatakan palsu dan diduga palsu oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah setelah reinventarisasi museum.(aw/den/jpnn/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kedatangan Tiro Tak Perlu Dirisaukan
Redaktur : Tim Redaksi