jpnn.com, TANJUNG SELOR - PT Kayan Hydro Energi (KHE) terus mengebut pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan Cascade, di Tanjungselor, Kalimantan Utara.
Saat ini pembangunan PLTA yang bakal memiliki kapasitas total 9.000 MW itu telah memasuki tahap pembangunan diversion channel (saluran pengalihan) yang dilakukan melalui peledakan.
BACA JUGA: 47 Tahun KPR BTN: Wujudkan Impian 5,6 Juta Masyarakat Miliki Hunian yang Layak
"Sekarang kami berkonsentrasi di diversion channel supaya paling tidak tahun depan itu sudah selesai dan kami bisa mengalihkan sungai untuk melakukan konstruksi bendungan Kayan," ujar Direktur Operasional KHE Khaerony, Minggu (10/12).
PLTA Kayan Cascade ini akan memanfaatkan area sepanjang aliran air Sungai Kayan, di Kecamatan Peso, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara.
BACA JUGA: Kinerja Pertamina Moncer, Distribusi BBM dan LPG Berjalan Baik
Terdiri atas 5 bendungan dengan 5–6 unit turbin pembangkit pada tiap bendungannya. PLTA ini akan menghasilkan listrik bersih dengan total 9.000 Megawatt.
Proyek ini akan menarik investasi hingga US$17,8 miliar. Untuk pembangunan proyek ini PT KHE telah menggandeng perusahaan energi asal Jepang Sumitomo Corporation.
BACA JUGA: Moeldoko: PLTA Kayan Bakal jadi Warisan Jokowi untuk Energi Bersih
Listrik yang dihasilkan oleh proyek PLTA ini akan menyuplai kawasan industri hijau di Kalimantan Utara dan Ibukota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
PLTA ini juga akan memasok kebutuhan listrik di Pulau Kalimantan, termasuk kawasan industri hijau yang dikembangkan oleh PT Indonesia Strategis Industri (ISI).
Salah satu perusahaan yang akan beroperasi di kawasan industri tersebut, PT Green Amoniak Indonesia berharap PLTA Kayan Cascade segera dapat beroperasi.
Selain listrik dari PLTA, amoniak ini juga akan memanfaatkan air sebagai bahan baku sebagai ganti gas.
"Kami sangat berharap proyek PLTA ini segera selesai. Kalau ini sudah pasti kami baru bangun pabrik. Kami akan menyelaraskan pembangunan pabrik sesuai dengan pembangunan PLTA ini," kata Presiden Direktur PT Green Amoniak Indonesia, Hari Supriyadi.
Dia mengatakan pihaknya bisa saja menggunakan listrik PLN untuk pembangunan pabrik tersebut. Namun tidak dilakukan karena nantinya tidak lagi menghasilkan produk hijau.
Hari menambahkan pihaknya akan membangun dua pabrik di kawasan ISI.
Selain pabrik amoniak juga adalah pabrik hidrogen. Namun yang baru konfirmasi dan sudah tandatangan MOU adalah pabrik amoniak. Total kedua pabrik tersebut membutuhkan daya listrik sekitar 600 MW.
Pabrik amoniak yang akan dibangun nanti akan memproduksi amoniak 300 ton per hari atau sekitar 100 ribu ton per tahun.
Amoniak tersebut akan diekspor ke sejumlah negara di antaranya Jepang dan Korea Selatan.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada