Pembatasan BBM Bisa Akhir Tahun

Kamis, 24 November 2011 – 07:17 WIB

JAKARTA - Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Evita H Legowo optimistis keputusan pengaturan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sudah bisa diambil sebelum akhir Desember tahun iniKementerian ESDM telah mengatongi opsi-opsi dan segera membahasanya bareng DPR

BACA JUGA: Shipyard dan Manufaktur Masih Mendominasi Investasi di Batam



"Kami sudah memiliki opsi-opsinya
Namun, belum bisa saya ungkap, karena harus disampaikan dulu ke Komisi VII DPR dan bulan Desember ini diharapkan mulai dibahas," ujar Evita di sela Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu  (23/11).

Alasan mengapa keputusan mesti diambil Desember, menurut Evita, guna memberikan waktu persiapan sekitar tiga bulan kepada Pertamina sebelum pemberlakuan pengaturan yang direncanakan 1 April 2012

BACA JUGA: Ajak Korea Berinvestasi di Pengolahan Ikan

Saat ini, lanjutnya, kesiapan infrastruktur Pertamina untuk pengaturan BBM di wilayah Jawa-Bali sudah mencapai 96 persen
Dan  BUMN migas itu perlu tiga bulan persiapan untuk menjadi 100 persen.

Sementara itu, proses uji coba alat kendali BBM bersubsidi memakai radio frekuency identification (RFID) terus dilakukan

BACA JUGA: Alokasi Gas untuk Domestik Diminta Naik

Nah, dari hasil uji kendali sementara, kuota premium 50 liter per hari per angkutan kota masih berlebih.

Di samping itu, Evita menambahkan, secara paralel revisi peraturan presiden tentang BBM tertentu tinggal finalisasi akhirPihaknya juga berharap perpres tersebut rampung sebelum akhir DesemberDia menjelaskan, penyusunan perpres tidak akan menunggu hasil pembahasan opsi pengaturan BBM dengan DPR.

Pemerintah merencanakan program pengaturan BBM bersubsidi secara bertahap pada 1 April 2012Program dimulai pada jenis premium bersubsidi di wilayah Jawa dan Bali.
 
Sebelumnya, pengamat energi Pri Agung Rakhmanto menilai, rencana-rencana pembatasan BBM bdersubsidi dari pemeritah masih diragukan realisasinya dan terkesan hanya omongan sajaPemerintah juga tidak berani menaikkan harga BBM subsidi, sementara pembatasan konsumsi BBM subsidi selalu maju mundur dan tidak ada ketegasan serta kepastian.

"Menggalakkan penggunaan energi alternatif seperti BBG (gas) dan BBN (nabati) juga tidakJika dibiarkan seperti itu terus kita tinggal menunggu saja konsumsi BBM subsidi makin tidak terkendali dari wktu ke waktu dan subsidi BBM membengkak," kata Pri.

Padahal,jela Pri Agung, faktor pendorong tingginya konsumsi BBM subsidi ini sudah jelasPertama pertumbuhan kendaraan yang jumlahnya terus meningkatLalu harga BBM subsidi yang relatif murah, serta penyalahgunaan BBM subsidi yang akan makin sulit diatasi karena besarnya perbedaan atau disparitas harga antara BBM subsidi dan BBM non subsidi.

Jadi, lanjutnya, pemerintah mestinya segera menerapkan kebijakan konkret yang bisa menyelesaikan masalah ketiganyaDan jangan hanya terus menerus memilih yang populis saja.

Ia memperkirakan, dengan pola konsumsi BBM subsidi sejauh ini, ditambah pertumbuhan kendaraan yang masih tinggi, kuota BBM premium diperkirakan dapat mendekati angka 41 juta kiloliter hingga akhir tahun ini

"Dengan pola konsumsi saat ini, kemungkinan volume konsumsi BBM Bersubsidi hingga akhir tahun mencapai 40,8 juta kiloliter atau mendekati 41 juta kiloliter," tandasnya(lum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BBM Subsidi Diprediksi Capai 41 Juta KL


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler