MEDAN -- Pemerintah, baik pusat maupun daerah, tampaknya pusing tujuh keliling mencari cara mengerem laju harga gulaPemprov Sumut misalnya, mengaku pasrah lantaran sebenarnya stok gula yang ada banyaknya dua kali lipat dibanding kebutuhan untuk provinsi itu
BACA JUGA: Pemudik dengan Pesawat Diprediksi Naik 25%
Namun, tetap saja harga gula mencapai Rp11 ribu per kilogram"Jangankan pemerintah daerah, pemerintah pusat saja tidak mampu mengatasi lonjakan karena untuk harga yang menentukan adalah pasaran gula luar negeri," kata Kasi Pengadaan dan Penyaluran Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara, Idris Nasution kepada JPNN kemarin
BACA JUGA: KS-Posco Siap Bangun Pabrik Baja Baru
Seperti para pejabat pusat, dia pun menduga lonjakan harga di karenakan adanya permainan spekulan untuk menaikan harga mengingat meningkatnya pemintaan, sedangkan stok melebihi kebutuhan gula di Sumut
Sementara Ketua Asosiasi Pengusaha Pendistribusian Gula Sumatera Utara (AP2SU), Anton Panggabean mengakui pihaknya di Sumut hanya sebagai pemasok dan penyalur gula saja di Sumut
BACA JUGA: Kadin: RUU PPN Tak Mampu Dorong Investasi
Sementara, terkait persoalan harga sudah ditentukan oleh mekanisme pasar"Seandainya harga dari daerah pemasok tidak tinggi, ya otomatis kami akan menjual murah tidak seperti saat iniPasokan banyak harga tinggi kamipun tak mungkin mengurangi harga karena keuntungan yang kami dapat sedikit sekitar Rp100 hingga Rp200 per kilogramnya,"katanya.Alasan lain, mata rantai penjualan gula cukup panjang, yang berdampak harga gula melonjak hingga Rp11.000 per kgMata rantai yang dimaksud, dari petani, pabrik ,distributor, hingga grosir masing-masing mengambil keuntungan mulai dari harga tebus, harga kapal hingga harga bungkusBayangkan saja harga tebus gula petani saat ini berkisar Rp8700 per kilogram, jelas ini membuat harga terus bertambah karena setiap mata rantai mengambil keuntungan.
AP2SU, kata Anton, mengambil gula dari pemenang tender gula di pabrikUmumnya yang menguasai gula secara nasional ada tujuh perusahaan distributor gula terbesar dari Jawa yang sering disebut dengan tujuh samuraiKetujuh perusahaan ini sudah mengawal pasokan gula sejak masa petani menanam tebu"Umumnya petani meminjam modal kepada mereka (mafia) dan setelah panen baru boleh ditenderkan dan siapa pemenang tender, dialah yang akan menentukan harga gula di pasar, yang jelas harga gula dikendalikan oleh pasar bukannya pemerintah,"ujar Anton lagi.(mag-10/sam/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Blokir Proyek Bandara DEO
Redaktur : Tim Redaksi