Pemecatan Guru Karena Berbeda Pilihan, ini Kata Pengamat

Sabtu, 30 Juni 2018 – 22:30 WIB
Warga menggunakan hak suaranya di Pilkada. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAWA BARAT - Kasus pemecatan guru karena perbedaan pilihan dinilai sebagai tindakan anti demokrasi. Dalam sistem demokrasi berbeda pilihan itu harus dihormati.

Tidak boleh ada tekanan atau paksaan kepada siapapun dalam sistem demokrasi.

BACA JUGA: Website Rekapitulasi Sering Down, KPU Bantah Tutupi Sesuatu

Pengamat politik Firman Manan menyatakan hal itu terkait pemecatan seorang guru di Bekasi beberapa hari pascapencoblosan, 27 Juni 2018.

Menurut dia, bahwa orang lain mempersuasi boleh-boleh saja, tapi kalau memaksa atau menekan itu melanggar undang-undang Pilkada dan ada sanksi pidananya.

BACA JUGA: Capaian Golkar di Pilkada Jadi Bukti Kelihaian Airlangga

“Hari ini seharusnya tidak terjadi dalam suasana pemilihan yang demokratis, karena semua orang punya hak politik untuk mengekspresikan aspirasinya untuk memilih yang dia inginkan. Ketika pilihan itu berbeda, “ kata Firman di Bandung hari ini.

Menurut dia, hak politik yang sangat mendasar, yakni kebebasan untuk berekpresi, harusnya dalam konteks pemilihan bebas memilih siapapun yang dia inginkan.

BACA JUGA: 11 Pelanggaran yang Ditangani Panwaslu Selama Proses Pilkada

Kalau ada ketentuan yang tertulis, atau ada kontrak di awal, di mana jika bekerja itu konsekuensinya harus ikut dengan pilihan politik tertentu. Tapi tetap saja itu menyalahi aturan dan tidak boleh terjadi dalam sistem demokrasi.

“Orang hanya boleh memilih satu partai penguasa. Agak aneh kalau praktek seperti masih dikembangkan. Kalau ini terjadi kita mundur ke era orba,” ujar dia.

Firman menyimpulkan masalah pemecatan guru SD karena perbedaan pilihan , itu adalah masalah kedewasaan berpolitik.

"Secara sistem kita mengaku sudah demokratis, tapi kok kita tidak mau menghargai perbedaan. Demokrasi itu memahami pandangan dan pendapat. Jika ada perbedaan yang meruncing sebaiknya itu diselesaikan dengan cara-cara beradab,” kata dia.

Firman lantas menyarankan karena kasus ini membawa nama paslon Rindu, maka sebaiknya Rindu punya tanggung jawab moral, seperti memberikan support dan simpatik.

“Orang-orang seperti ini, yang mendukung RINDU bisa memenangkan Pilgub Jabar,” kata dia.

Sebelumnya, kandidat Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengucapkan terima kasih lewat akun Instagram miliknya kepada Rabiatul Adawiyah.

“Ibu Rabiatul Adawiyah….hatur nuhun pisan ntuk pengorbanannya. Cerita Ibu ini tidak akan pernah saya lupakan. Dan menjadi penyemangat agar saya selalu amanah dan menjaga kepercaaan mereka yang berkorban untuk keyakinannya menitipkan mimpinya kepada saya. Hatur nuhun," tulis Kang Emil.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenangan Kotak Kosong Bukti Rakyat Tolak Kerabat Penguasa


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler