jpnn.com - SURABAYA – Peta politik untuk pemilihan wali kota (pilwali) Surabaya, Jawa Timur belum utuh. Meski ada wacana pembentukan Koalisi Poros Suroboyo oleh beberapa partai politik (parpol), hal itu belum menunjukkan calon pemimpin Surabaya lima tahun ke depan.
Bahkan, jika beberapa parpol sudah memunculkan nama bakal calon wali kota (bacawali), peta politik bisa berubah. Sebab, ada dua hal yang diyakini bakal memegang peran kunci dalam pilwali nanti.
BACA JUGA: Moeldoko Berangkatkan Tim TNI AU untuk Bawa WNI Keluar dari Yaman
Yakni, sosok Tri Rismaharini dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Risma (sapaan akrab Tri Rismaharini) belum menunjukkan sikap, apakah akan maju lagi atau tidak.
Sementara itu, PDIP adalah peraih suara terbanyak dalam pemilu legislatif pada April 2014. Wakil Ketua DPC PDIP Surabaya Adi Sutarwijono menyatakan bahwa dua pemegang kekuasaan tersebut sedang tarik ulur dan menunggu momentum.
BACA JUGA: Ahok dan DPRD Sepakat, Sebelum 10 April Ranpergub APBD DKI Disahkan Mendagri
Alasannya, jika salah satu di antara dua penguasa tersebut membuka sikap, itu bakal langsung berpengaruh menyeluruh pada peta politik di Surabaya.
“Jika salah satu membuka kartu, barulah akan memengaruhi peta politik di Surabaya,” kata pria yang akrab disapa Awi tersebut.
BACA JUGA: Surat Mandat Palsu, Keluarga Petinggi Golkar Lapor Bareskrim
Sebagaimana diberitakan, Risma memang belum pasti, apakah akan maju lagi dengan mencalonkan diri atau tidak. Dia digadang-gadang banyak pihak untuk mencalonkan atau ber-
sedia dicalonkan lagi, tapi belum menjawab. Dia sebelumnya menyatakan malah ingin menjadi pengajar di ITS.
Di sisi lain, PDIP masih tarik ulur, apakah akan mengusung Risma kembali atau tidak. Di lokal Surabaya, nama Whisnu Sakti Buana dijagokan untuk dicalonkan.
Namun, petinggi parpol dengan lambang banteng yang bermulut putih itu masih berkeinginan untuk mengusung Risma. Sebab, pamor Risma dan elektabilitasnya sangat tinggi.
“Jadi, kuncinya ada di PDIP dan Risma,” tandas Awi.
Awi mengatakan bahwa Risma memiliki kartu truf yang berupa popularitas tinggi. Sebaliknya, PDIP memiliki senjata lainnya yang berupa pemilih solid dan pemenang pemilu legislatif di Surabaya. (ima/jee/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Siapkan Sistem Agar Pejabat Daerah Tertib Laporkan LHKPN
Redaktur : Tim Redaksi