Pemenang Tender e-KTP Kurang Meyakinkan

Base Camp Tersembunyi, Berkedok Rumah Tinggal

Senin, 03 Oktober 2011 – 06:00 WIB

JAKARTA - Barangkali, cukup rasional jika megaproyek KTP elektronik (e-KTP) senilai Rp 5,9 triliun itu disoalSebab dari penelusuran INDOPOS (JPNN Group), pemenang tender, Perum Percetakan Negara RI (PNRI), tidak begitu meyakinkan

BACA JUGA: Citra Politisi Kian Buruk

Setidaknya, ini terlihat dari keputusan Manajemen Bersama (MB) Konsorsium besutan

PNRI bersama empat perusahaan lainnya untuk tidak memilih gedung atau ruko sebagai tempat beroperasi
Manajemen memilih sebuah rumah yang diklaim sebagai ’’base camp’’ operasional pengadaan peralatan e-KTP di tempat tersembunyi, di sebuah perumahan di bilangan Liga Mas Indah Pancoran, Jakarta Selatan

BACA JUGA: Minta Tunda Pemeriksaan, Marzuki Dikecam



Base camp MB Konsorsium PNRI merupakan sebuah rumah tinggal
Layaknya sebuah hunian, rumah itu berpagar rapat hampir menutupi sebagian tampilan keseluruhan

BACA JUGA: Mayoritas Honorer Tertinggal Gagal jadi CPNS

Letaknya sangat jauh dari pintu gerbang perumahan Liga Mas Indah, melewati taman bermain anak, belok kiri, kemudian masuk ke gang buntuRumah itu berdiri megah tepat di hoek

INDOPOS sempat kesulitan mencari rumah tersebutSebab, informasi dari pihak PNRI di Salemba, Jakarta Pusat, lokasi kantor konsorsium berada di Pancoran
Setelah bertanya ke pedagang di sekitar kantor pusat Graha Sucofindo–PT Sucofindo merupakan salah satu mitra yang digaet PNRI–akhirnya kantor berkedok rumah itu ditemukanLokasinya terkesan tersembunyi dan berkedok rumah tinggalSungguh aneh proyek senilai Rp 5,9 triliun memilih base camp di sana

Saat masuk di base camp, INDOPOS disambut oleh sekretaris konsorsiumDia mengaku bernama ThyaDi dalam rumah, terdapat ruang tamu yang berhubungan langsung dengan ruang rapat karyawan seluas kurang lebih 70 meter persegiDi tengah ruang rapat yang mungkin dulunya sebuah ruang makan keluarga itu terdapat meja oval memanjang, dikelilingi 10 kursi

Di depan meja rapat terdapat papan tulis berisi tulisan, diagram, dan peta lokasi daerahRumah berdesain minimalis itu terdiri atas enam kamar yang difungsikan sebagai ruang direksiKemungkinan besar untuk para pentolan lima perusahaan gabungan, Perum PNRI, PT Sucofindo, PT Len Industri, PT Kuadra Solution, dan PT Sandipala Artha Putra

Di sebelahnya terdapat ruangan bertuliskan manajer proyekBelakangan diketahui Manajer Proyek e-KTP Manajemen Bersama (MB) Konsorsium PNRI adalah mantan Kepala Divisi Niaga Perum PNRI, Agus Eko PriadiAgus sebenarnya sudah pensiun tetapi dikaryakan oleh Perum PNRI untuk menggarap proyek pengadaan barang e-KTP

Bertemu Agus tidak mudahUntuk bisa mewawancarai pria berambut khas itu cukup berlikuINDOPOS datang dua kaliPertama, Thya, sekretaris konsorsium, mengaku Agus tidak adaKatanya sedang rapat di Kementerian Dalam Negeri

Agus yang akhirnya berhasil ditemui INDOPOS menjelang pukul 18.00 WIB mengatakan, konsorsium dilarang keras oleh Mendagri berbicara kepada media dan PNRI, pemenang tender"Kami harus menjaga prosedurBaru tadi malam (kemarin malam), kami diizinkan bapak (Mendagri) untuk menerima media," kata Agus

INDOPOS menduga, setelah mendapatkan izin dari Mendagri dan konsultan PR yang ditunjuk yakni JavaPR, Agus akhirnya mau ditemui dan bercerita panjang lebar soal sistem kerja konsorsium yang ditangani

Soal keterlambatan penyaluran peralatan e-KTP ke kelurahan dan kabupaten/kota, khususnya di DKI Jakarta, kata Agus, ada beberapa faktor penyebabDi antaranya, waktu sangat mepetBarang harus sampai di 197 kabupaten/ kota sebelum pertengahan Agustus laluJuga keterlambatan di bea cukai sampai kelurahan-kecamatan yang ingin melakukan seremonial sebelum pembuatan e-KTP

"Waktunya sangat mepet sejak diumumkan menang tender Juli tahun ini," kata Agus saat ditemui INDOPOS di kantor MB Konsorsium PNRI di bilangan Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (29/9)

Agus menjelaskan, barang-barang didatangkan dari Amerika Serikat dan Singapura"Waktu pengiriman dari bea cukai bisa dua minggu dan itu membuat kami terlambat mendistribusikan ke kelurahan dan kecamatan," ujar dia

Karena itu, pihaknya melalui Menteri Dalam Negeri, sudah meminta keringanan prosedur dari bea cukai agar barang-barang segera sampai konsorsium’’Sudah beresWaktu dipercepat jadi seminggu," ujarnya.

Barang penunjang e-KTP terdiri atas software dan hardware yang disediakan PT Kuadra SolutionSementara untuk Transfering of Technology dengan menguatkan konten lokal, PNRI menggandeng PT Len Industri’’PT Len menyediakan peralatan Irish, Finger Print, Signature Pad, sampai kameraSemua alat-alat baru,’’ kata Agus

Dia mengatakan untuk penyediaan kartunya dipegang oleh Perum PNRI dan PT Sandipala Artha Putra’’Kalau pelatihan, pendampingan, dan pengawasan para operator di daerah kelurahan atau kecamatan oleh jasa PT Sucofindo,’’ lanjutnya.

Sedangkan untuk pengisian kartu dan chip dilakukan oleh Biro Perso dari AdmindukSebab, data e-KTP yang bersifat rahasia milik AdmindukSetelah barang-barang penunjang itu datang, masing-masing kelurahan mendapatkan 15 item perlengkapan baru’’Kami kemudian mengisi software dengan data dari adminduk penduduk yang tercatat per 2010,’’ tuturnya

Keterlambatan, lanjutnya, bukan dari konsorsium, melainkan dari pendatangan barang-barang tersebutKeterlambatan juga dari daerah/ kabupaten yang tidak langsung menggunakan perlengkapan e-KTP tersebut’’Mereka ingin ada seremonial, peresmian, dan sebagainya sebelum pemanggilan penduduk,’’ beber Agus

Itu sebabnya, Agus mengimbau agar kelurahan, kecamatan, atau kabupaten segera melakukan proses enrollment e-KTPDi antara syarat kelurahan yang bisa melakukan enrollment warganya adalah memiliki jaringan yang terkoneksi dengan Adminduk, terdapat peralatan yang disediakan konsorsium, dan didampingi pelatihan dari Sucofindo.

Belum lagi, lanjut Agus, Pemprov DKI Jakarta menginginkan semua kelurahannya mendapatkan perangkat set e-KTPPadahal, dalam perjanjian kontrak yang mendapatkan peralatan hanya kabupaten/ kota, bukan kelurahanAkibatnya, Jakarta terlambat lagi karena konsorsium harus mengambil jatah alat untuk 2012.  "Jadi, jatah untuk alat 2012 diambil atau dipinjamkan dulu untuk 267 kelurahan di Jakarta, beban konsorsium lagi," lanjutnya

Tercatat, keseluruhan nilai kontrak 2011 sampai 2012 mencapai Rp 5,841 triliun tadiMeski banyak faktor keterlambatan, Agus optimistis sampai akhir 2011 penduduk sudah terlayani sebanyak 67 juta jiwa dari 2348 kecamatan atau 197 kabupaten/ kotaSementara pada 2012, sudah terlayani 105 juta jiwa dari 3886 kecamatan(vit/rko/kin)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Meriam Kostrad Produksi 1942


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler